Wajar jika sebuah pertunjukan bulutangkis ditiketkan. Karena sekarang PBSI sudah berkomitmen bulutangkis sudah saatnya masuk industri olahraga yang harus dihargai.
Itu disampaikan Ahmad Budiharto Ketua Panitia Pelaksana Kejuaraan Grand Prix Gold Indonesian Masters 2015 yang berlangsung di Malang 1 sampai 6 Desember mendatang.
Pernyataan Budi ini menanggapi mulai ditiketkannya semua kejuaraan bulutangkis yang digelar di berbagai daerah di Indonesia. Termasuk Sirkuit Nasional di Surabaya bulan lalu ataupun GP Gold di Malang tahun ini.
Budi mengakui sudah saatnya sebuah kejuaraan Bulutangkis di Indonesia ditiketkan seperti sepak bola. Karena bulutangkis sudah masuk industri olahraga. Untuk itu masyarakat juga harus bisa menghargai.
Budi Leksono reporter Suara Surabaya melaporkan, Ahmad Budiharto juga mengatakan, untuk penentuan tiket masuk sebuah pertandingan bulutangkis sebenarnya sudah disepakati Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI).
Bahkan ini sudah mulai disosialisasikan tahun ini. Beberapa daerah yang menggelar event nasional ataupun internasional diharapkan bisa ditiketkan. Sehingga nantinya bulutangkis benar-benar sebagai cabang olahraga profesional yang layak dihargai.
Budi yakin meski masyarakat daerah belum semua menerima aturan pembelian tiket sebuah pertandingan lama kelamaan akan terbiasa. Karena ini sebuah proses, apalagi kalau kejuaraan melibatkan atlet-atlet rangking top dunia.
Kalau dalam beberapa tahun terakhir sebuah pertandingan bulutangkis selalu digratiskan, PBSI mulai membiasakan sebuah kejuaraan ditiketkan. Sesudah di Sirkuit Nasional dan Indonesia Challenge di Surabaya, GP Gold Indonesia Master di Malang juga ditiketkan.
Untuk tiket masuk babak utama GP Gold di Malang, penonton harus membayar Rp30-40 ribu. Sementara untuk partai semifinal dan final Rp75 ribu. (bud/dwi/ipg)