Spekulasi bahwa AC Milan berpeluang menjadi klub Italia kedua yang jatuh ke tangan-tangan Asia merebak pada Senin (17/2/2015) ketika raksasa Liga Italia kembali menelan hasil buruk yang membuat pelatih Filippo Inzaghi berpeluang kehilangan pekerjaan.
Para pemain Milan dicemooh di San Siro setelah mereka bermain imbang 1-1 dengan Empoli pada Minggu, yang menghancurkan harapan-harapan Tim Merah-Hitam untuk dapat berkompetisi di Eropa pada musim depan.
Pemilik klub Silvio Berlusconi konsisten membantah bahwa klub, atau bagian darinya, akan dijual. Bantahan terkini muncul pada tengah pekan.
Di tengah laporan-laporan dari Thailand bahwa Bee Taechaubol, direktur eksekutif dari Thai Prime Company Limited, grup ekuitas swasta Asia Tenggara, ingin membeli 50 persen saham di klub, perusahaan induk Berlusconi Fininvest dengan cepat bersikap defensif.
“Terkait rumor bahwa sejumlah pihak memperlihatkan ketertarikan untuk bermitra dengan AC Milan, Fininvest membantah bahwa pembicaraan-pembicaraan, kesepakatan-kesepakatan pra perjanjian atau pertemuan-pertemuan menentukan akan segera diagendakan,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis pada Sabtu (14/2/2015) seperti dilansir Antara.
Taechaubol juga merupakan pemilik bersama Global Legends Series (GLS) Bangkok, yang menampilkan veteran-veteran pesepak bola untuk ambil bagian dalam pertandingan-pertandingan amal di wilayah itu.
Jika ada kesepakatan yang telah terjalin, Taechaubol dapat menjadi pemilik klub Liga Italia asal Asia kedua kurang dari dua tahun setelah taipan Indonesia Erick Thohir membeli 70 persen saham klub rival sekota Inter Milan.
Meski kedua klub saat ini kesulitan untuk bersaing dengan klub-klub seperti Juventus, AS Roma, dan Napoli yang saat ini menguasai tiga spot teratas di liga Milan dapat dikategorikan sedang menjalani masa-masa terburuknya.
Kegagalan klub untuk membangun ulang tim menyusul eksodus massal, yang termasuk kepergian Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva, pada musim panas 2012 telah membuat Tim Merah-Hitam secara konsisten kesulitan untuk mengakhiri musim di lima besar.
Setelah 23 pertandingan, Milan yang gagal lolos ke Eropa pada musim ini menghuni peringkat ke-11 di Liga Italia, tertinggal 24 angka dari pemuncak klasemen sekaligus juara bertahan Juventus dan tertinggal 12 angka dari Napoli, yang menghuni peringkat ketiga dan spot kualifikasi terakhir Liga Champions.
Mantan ikon klub Inzaghi menjadi pelatih sejak awal musim, namun ia kesulitan untuk membangun ulang tim Milan yang telah terpuruk.
Namun sejak pergantian tahun, akal bulus yang telah membantu Inzaghi menjadi salah satu penyerang paling ditakuti di sepak bola Eropa telah absen dari sentuhan Milan.
Milan telah mengumpulkan 30 angka dari 23 pertandingan liga di bawah Inzaghi, rata-rata angka per pertandingannya adalah yang terburuk dari semua pelatih sejak Berlusconi membeli klub pada 1986.
Tim Merah Hitam, juara Eropa tujuh kali yang sempat berada di pusat jantung sepak bola elit Eropa, berada di resiko finis di luar strata elit liga.
Dan Inzaghi, yang terlihat sedih ketika timnya hanya mampu mendulang satu angka pada Minggu, mengakui ini merupakan saat-saat yang berat.
“Saat ini, kita tidak dapat melihat klasemen liga. Kami perlu mendulang kemenangan yang bagus dan kami juga diganggu cedera sejumlah pemain,” ucapnya.
“Itu merupakan pertandingan yang rumit. Saya tidak pernah mampu memainkan tim inti yang sama untuk dua pertandingan berturut-turut, karena saya selalu memiliki pemain yang cedera atau tidak 100 persen.”
“Sudah jelas bahwa para penggemar menginginkan lebih. Kami merasakan tekanan ini dan kami harus menang untuk menghapus tekanan.”
“Kami harus berkembang dan kembali menjadi tim sebenarnya, kompak dan di atas segalanya menang. Itulah yang terpenting”. Demikian laporan AFP. (ant/dwi/rst)