Apakah duel antara Barcelona dan Atletico Madrid dapat disebut sebagai penjelmaan dari pertempuran dua sosok pemegang saham sepak bola atraktif yang menawarkan gaya sepak bola baku tukar serangan?
Barcelona diampu oleh Luis Enrique sementara Atletico Madrid dibesut oleh Diego Simeone. Kedua kembali bersua dalam leg pertama perempat final Copa del Rey 2014/15 yang digelar di Camp Nou pada Rabu waktu setempat atau Kamis dini hari, pukul 04.00 WIB. Pertandingan itu akan ditayangkan oleh MNC TV.
Kali ini, mengulang kutuk sejarah duel dua entrenador bertipe petarung, baik Enrique maupun Simeone mengenakan baju zirah tempur. Masing-masing bersiap dengan racikan strategi untuk melumat dan menggilas lawan. Masing-masing dari mereka tahu bahwa takdir sebuah laga ada dalam tiga kata: menang, kalah, imbang.
Kalau saja perjalanan waktu menghakimi maka ini saatnya bagi Simeone mengarahkan segala daya kekuatan agar mampu melampiaskan balas dendam dengan memukul balik pasukan Enrique.
Sepekan lalu, tepatnya 11 Januari 2015, “Los Azulgrana” mengalahkan “Los Rojiblancos” dengan skor 1-3 di Camp Nou dalam laga lanjutan La Liga. Hanya saja, pertandingan ini tidak dapat dipukul rata bakal hasilnya sama.
Memasuki awal tahun ini, Barcelona diterpa badai krisis. Disebut-sebut bahwa jalinan relasi antara Enrique dengan Lionel Messi didapati kurang harmonis. Sempat tersebar warta bahwasannya La Pulga bakal hengkang, dan Enrique bakal diusir.
Isu negatif yang menerpa kubu Barca berangsur hilang sudah tanpa kesan. Enrique terus membenahi diri dengan memberi ramuan jitu meraih kemenangan. Ia membenahi lini pertahanan dan mempertajam lini serang.
Tridente serang yang dimiliki Barca menjelma dalam diri Messi, Neymar dan Luis Suarez. Ketiganya layaknya pedang yang siap mengayun dan merobek pertahanan Atletico. Hanya saja, masih ada pekerjaan rumah Enrique yang belum tuntas, yakni menyangkut kecepatan dan meningkatkan determinasi.
Layaknya perusahaan yang memerlukan kecepatan menangguk peluang bisnis, Messi dan Neymar makin mengukuhkan diri sebagai mesin gol Barca. Keduanya tampil sebagai predator haus gol.
Terang benderang bahwa Atletico sedang menanti hari penghakiman dwitunggal Messi dan Neymar. Hattrick pemain bintang asal Argentina ketika melawan Elche menorehkan catatan 22 hattrick di La Liga sepanjang kariernya. Ini belum ditambahkan aksi menawan dari Neymar.
Ini saatnya bagi Simeone menunjukkan taring perlawanan. Pelatih Atletico ini piawai memotivasi para pemainnya agar tampil habis-habisan di lapangan. Ia tahu bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menginspirasi, bukan pemimpin yang mengekor atau membeo begitu saja.
Sejumlah media Spanyol menyebut bahwa laga melawan Barcelona merupakan laga pertaruhan “hidup atau mati” bagi Simeone. Ia disebut-sebut telah mendaulat anak asuhannya agar bertarung habis-habisan di Camp Nou.
Simeone bermodal skuat sarat talenta. Mereka bukan dari kalangan pemain ngetop, tetapi mereka disuntik semangat bertanding. Taktik yang diterapkan kubu Atletico sarat dengan penampilan garang bertenaga. Melawan Barcelona, darah mereka seakan mendidih untuk memberi perlawanan sengit bersemangat.
Dalam beberapa laga, Atletico kerapkali tampil tanpa kompromi dengan tekel-tekel keras menjurus permainan kasar. Bukan tidak mungkin pertandingan ini diwarnai pertumpahan darah, hanya saja Simeone menampilkan sosok manajer bersahaja, bahkan menyandang predikat pelatih jenius. (ant/dwi)