Babak penyisihan grup Piala Dunia 2014 di Brazil sudah selesai digelar, dan agaknya ada hikmah bagi pemain Iran dan Bosnia-Herzegovina yang tidak lolos ke putaran 16 besar, karena mereka bisa menjalankan ibadah puasa di kampung halaman.
Putaran kedua turnamen dunia itu akan dilaksanakan dalam bulan Ramadhan dan sebagian pemain Perancis, Jerman, Swiss, Belgia, Aljazair dan Nigeria ada yang beragama Islam, mereka menghadapi pilihan yang sulit antara menjalankan ibadah puasa atau bermain sepak bola.
Tetapi badan sepak bola dunia FIFA dengan tegas mengatakan mereka sudah melakukan kajian mendalam tentang atlet sepak bola yang bertanding selama bulan suci dan dipastikan mereka tidak akan mengalami gangguan atau bahaya apa pun dengan kondisi fisik mereka.
“Kami sudah melakukan kajian yang lengkap dan mendalam mengenai para pemain selama bulan Ramadhan. Kesimpulannya adalah jika puasa di bulan Ramadhan diikuti dengan benar, tidak bakal ada penurunan pada kinerja fisik para pemain. Kami sudah melakukan penelitian mendalam dan tidak ada sesuatu pun yang mengkhawatirkan kami,” kata Jiri Dvorak Kepala Bidang Medis FIFA.
“Para pemain yang tengah menjalani ibadah puasa Ramadhan selalu memiliki ketentuan untuk meminta pengecualian dan menjalani Ramadhan pada waktu yang lebih tepat. Inilah yang saya pelajari dari para pemimpin agama Islam di Aljazair,” ujarnya.
Michel D’Hooghe, Ketua Komite Medis FIFA, mengatakan kepada wartawan, “Puasa Ramadhan seharusnya tidak menjadi masalah dan kami mengalami hal yang sama pada Olimpiade London dua tahun lalu. Piala Dunia 1986 Meksiko juga diadakan pada Ramadhan.
Permainan sepak bola amat menguras tenaga apalagi bermain pada iklim Brazil yang amat panas dan lembab. Pasalnya, cukup sulit bagi mereka untuk tetap bermain dalam keadaan puasa, mengingat sepak bola menguras tenaga yang maksimal.
Kondisi ini menyulitkan pemain sepak bola dengan diet yang dikontrol ketat, terutama dalam kondisi iklim Brasil yang panas dan lembab.
Seperti dilaporkan Reuters dari Manaus, Brazil, Rabu, Swiss mengalami penderitaan berat ketika maju ke putaran kedua kendati mengalahkan Honduras 3-0 pada laga akhir Grup E. Pasalnya, kondisi amat dingin dan lembab, kata pelatih Ottmar Hitzfeld. Ketika itu, temperatur cuaca 26 derajat Celsius dan tingkat kelembapan 88 persen.
Tentang iklim itu, Emma Gardner, ahli gizi di English Institute of Sport, mengomentari, para atlet yang berpuasa harus mempertahankan tingkat kebutuhan hidrasi setiap hari, dan kedua mencoba untuk mempertahankan tingkat atau level kebutuhan energi mereka.
“Massa otot juga merupakan masalah. Penelitian menunjukkan bahwa orang dapat kehilangan massa otot melalui periode di awal Ramadhan,” kata Emma seperti disiarkan Reuters, Kamis (26/6/2014).
Pernyataan Emma agak berbeda dengan komentar Jiri Dvorak yang mengatakan pemain tidak cepat mengalami penurunan kondisi fisik mereka, meski dalam kondisi berpuasa.
“Kami telah membuat studi ekstensif pemain selama bulan Ramadhan. Kesimpulannya, jika Ramadhan diikuti dengan tepat, tidak akan ada penurunan kinerja fisik pemain,” kata Dvorak kepada wartawan.
Dr. Ryanita Sandjaya, dalam artikel kesehatan di laman (tanyadok.com) menjelaskan untuk tetap mempertahankan massa otot, para atlet harus berbuka puasa dengan mengonsumsi karbohidrat dan protein dalam jumlah tinggi.
“Hal itu bertujuan untuk memberi nutrisi pada jaringan otot dan sel-sel tubuh lainnya serta menghindari penurunan massa otot akibat lapar yang berlebihan. Menu makan sahur harus memenuhi kecukupan gizi, yaitu komposisi karbohidrat, protein dan lemak harus seimbang, 15% protein, 20-25% lemak dan sisanya karbohidrat,” kata Ryanita.
“Karena, kekurangan protein dapat menyebabkan banyak protein tubuh yang dipecah saat olahraga. Padahal protein penting untuk proses metabolisme sel-sel otak dan saraf,” ujarnya.
Prancis Siapkan Program
Tetapi tim kesehatan dan kebugaran Prancis juga sudah memperhitungkan hal itu, sehingga mereka sudah mempersiapkan program untuk para pemain Muslim mereka.
“Pada prinsipnya kami memperbolehkan mereka berpuasa di hari latihan, karena mereka adalah atlet profesional dan kami tahu kondisi fisik mereka sangat bugar, sehingga tidak akan timbul masalah kalau mereka berpuasa. Kami menghargai keyakinan mereka,” kata Eric Bedouet, pelatih kebugaran Les Bleus, seperti dilansir L’equipe.
Pihak Les Bleus akan mengadakan konseling bagi para pemain yang akan beribadah puasa, sehingga mereka bisa merancang program latihan yang selaras dengan kewajiban agama mereka.
“Kami sangat fokus dengan kondisi fisik dan kebugaran mereka, dan setiap atlet itu punya reaksi yang berbeda dengan perubahan pola makan mereka. Karena itu dengan konseling ini kami bisa membuat metode yang tepat bagi setiap orang. Termasuk agar kewajiban ibadah ini juga tidak mengganggu program tim secara keseluruhan,” kata Bedouet.
Para pemain Muslim yang saat ini berada di Piala Dunia Brazil, di antaranya, adalah playmaker Jerman, Mesut Ozil keturunan Turki, pemeluk Islam sejak kecil, Samir Nasri (Prancis) berdarah Aljazair, Mamadou Sakhi (Prancis), Moussa Sissoko (Prancis), Yaya Toure (Pantai Gading) adik Kolo Toure yang dikenal amat taat beragama.
Pemain lain adalah Karim Benzema (Prancis) yang tetap puasa kendati sedang mengikuti kompetisi, Marouane Fellaini (Belgia), Sami Khedira, pemain tengah Real Madrid ini pindah dari VBF Stuttgart pada 2010 dan di Brasil ia memperkuat Jerman dan beberapa pemain lainnya.
Kolo Toure menyatakan ddirinya akan tetap berpuasa meski harus bertanding saat Ramadhan. Bagi pemain seperti Kolo Toure, puasa bisa tetap dijalankan meski harus bermain bola dalam kompetisi yang ketat.
“Dengan puasa anda membersihkan tubuh anda juga dan anda merasa lebih kuat setelah Ramadhan. Saya pikir itu menakjubkan, bagaimana Ramadhan dapat membuat anda benar-benar kuat,” tutur Toure.
Tentang puasa atlet itu, striker Chelsea, Demba Ba, yang selalu merayakan nya dengan cara bersujud di lapangan rumput, mengatakan, “Agamaku adalah hal terpenting dalam hidup ini. Ya, Islam jauh lebih penting dari sepak bola,” tuturnya kepada BBC seperti dilansir Antara. (ant/ipg)