Pekerjaan rumah ekstra njlimet kini dihadapi oleh pelatih Jerman Joachim Loew, salah satunya mencari untuk menemukan resep cespleng soal cara menghentikan atau “mematikan” pergerakan pemain bintang Portugal Cristiano Ronaldo.
Berlaku dogma di jagat pemikiran bola bahwa satu pemain bintang belum cukup menghantar sebuah tim dapat keluar sebagai pemenang. Masih perlu kreativitas plus kerjasama tim. Dan laga Jerman kontra Portugal menanti dengan sebuah pembuktian dalam gelaran pertandingan di Grup G Piala Dunia 2014 yang diadakan di Arena Fonte Nova, Salvador, pada Senin (16/6/2014) malam, pukul 23.00 WIB.
Pertandingan bertensi tinggi itu dapat disaksikan oleh seluruh pemirsa Tanah Air karena ditayangkan secara langsung oleh ANTV dan TVOne.
Ronaldo menantang Der Panzer berbekal predikat sebagai peraih Ballon d’Or, dengan ketajaman luar biasa mencetak gol. Ketika membela Real Madrid, ia mengukuhkan diri sebagai striker subur dengan mengemas 106 gol dalam 102 penampilan di semua ajang. Bagi Seleccao, dia mencetak 12 gol dalam 10 partai.
Mampukan Ronaldo membawa Portugal menjadi juara dunia, paling tidak memberi inspirasi bagi rekan-rekannya mengalahkan pasukan Der Panzer?
Sejak Belanda melibas juara dunia Spanyol dengan 5-1, maka jagat prediksi hasil pertandingan sepak bola semakin menunjukkan grafik kesulitan cukup tinggi. Tinggal sekarang terbentang jargon, tim yang lebih siap mengalahkan diri sendiri dapat mengatasi lawan.
Musuh dalam diri sendiri lebih dapat menggerogoti ketahanan dan keunggulan pribadi, apalagi sepak bola sejatinya merupakan atraksi permainan yang menghimpun seluruh kemampuan perorangan agar menjelma menjadi kekuatan tim.
Jika kini Spanyol melecut dan memotivasi diri pasca kekalahan memalukan dari Belanda itu, maka kini waktunya pasukan Jerman memberi pelajaran kepada skuad asuhan Paulo Bento yang notabene dihuni oleh Cristiano Ronaldo.
Loew paling tidak tertantang mengalahkan skuad yang kini dihuni oleh pemain terbaik di dunia, karena ia memahami bahwa tidak ada hal yang mustahil di bawah kolong langit ini, sejauh masih bercokol heroisme dalam diri sendiri.
Tentu, Loew tidak ingin mati konyol dengan heroisme pepesan kosong. Portugal bukan lawan yang dapat dianggap sebelah mata. Seleccao kini dihuni oleh Eduardo, Pepe, Joao Moutinho. Ada pula Fabio Coentrao dan Raul Meireles di lini tengah.
Eduardo yang telah berusia 31 tahun kini dikenal sebagai penjaga gawang nomor satu Portugal. Pepe digadang-gadang sebagai salah satu tembok yang sulit ditembus siapa pun pemain di dunia ini. Pemain Real Madrid ini ciamik dalam melakukan duel udara dan cermat dalam melakukan tekel.
Sementara, Moutinho makin mengukuhkan diri di jagat bola sebagai pemain yang mampu melepaskan umpan-umpan matang dan terukur kepada sesama rekan. Perannya di lini tengah dapat mendukung Ronaldo. Visi bermainnya terbilang oke.
Kenyataan itu jelas-jelas tidak selayaknya membuat kecil hati kubu Jerman. Manuel Neuer, Philipp Lahm , Sami Khedira, dan Miroslav Klose diharapkan membulatkan tekad untuk bersaing dengan menunjukkan performa apik.
Penjaga gawang Neuer dapat memberi jaminan sepenuhnya kepada lini belakang. Penampilannya konstan dan terkesan tidak “angin-anginan” di bawah mistar gawang. Lahm menjadi salah satu bek sayap terbaik di dunia. Pemain ini mampu beroperasi di dua sayap bahkan mampu berperan sebagai gelandang bertahan.
Khedira lebih bakal diserahi tugas sebagai gelandang bertahan. Lantaran bermain untuk Madrid, ia tahu betul bagaimana cara menghadapi Ronaldo. Dan Klose, satu-satunya striker murni yang dibawa Loew. Pemain ini punya naluri mencetak gol, hanya saja usianya kini tidak lagi muda. (ant/dwi)
Foto : Ilustrasi