Beberapa jam kedepan, publik Madrid bakal bersorak. Siapapun juaranya, Madrid pasti berpesta karena final Liga Champions musim ini, memang mempertemukan dua klub ibu kota, Atletico Madrid versus Real Madrid.
Atletico yang dilatih Diego Simeone, bagai terbang ke awang dengan pencapaian musim ini. Sebagai pemain, ‘Cholo’ panggilan Simeone, bukanlah pemain istimewa. Namun bakatnya terendus almarhum Victorio Spinneto pelatihnya di Veles Sarsfield.
Kala itu, Spinneto menilai Simeone pemain yang tidak menyerah saat di lapangan. Inilah karakter yang dibutuhkan pelatih manapun untuk sebuah tim sepak bola. Karakter anti menyerah, diterapkannya saat Simeone menjadi pelatih.
Berpengalaman mengantar Atletico Madrid juara La Liga dan Lazio juara Serie A, ‘Cholo’ lantas berlabuh ke Racing Avellaneda untuk karier pertamanya sebagai manajer.
Hasilnya tidak memuaskan. Melatih klub ‘semenjana’ dengan modal pas-pasan, jelas bukan filosofi sepak bola masa kini.
Hijrah ke Estudiantes, ‘Cholo’ menuai kesuksesan. 23 tahun puasa gelar, berakhir saat dia datang. Tidak tanggung-tanggung, Estudiantes juara Liga Argentina 2006 dengan mengalahkan klub superior, Boca Juniors.
Saat itu, koran olah raga Argentina ‘Ole’ bahkan menobatkannya sebagai ‘Manajer Terbaik 2006’.
Prestasi Simeone menarik River Plate untuk mengontraknya sekaligus menggantikan pelatih legendaris, Daniel Passarela. Dua musim di River, dia berhasil lagi mengantar tim ini juara Liga Argentina 2008, dengan mengalahkan Olimpo.
Bosan dengan prestasi, ‘Cholo’ mencoba klub ‘semenjana’ berikutnya, San Lorenzo. Bisa ditebak, lagi-lagi dia gagal. Kegagalan Simeone kali ini, lompatan menembus Eropa. Benua yang dia datangi saat usianya 20 tahun dan bergabung dengan klub kota menara miring, Pisa. Catania, klub yang terseok-seok di Serie A musim 2011-2012, pilihan pertama Simeone.
Setengah musim cukup untuk Simeone menciptakan keajaiban. Klub kepuluan Sicilia ini finish di urutan 11, setelah sempat berkutat di jurang degradasi.
Sempat ‘pulang kampung’ ke Racing Avellaneda, Simeone mencoba kursi panas dengan menerima tawaran Atletico Madrid Desember 2011, menggantikan Gregorio Manzano.
Sebagai pemain, Simeone memang pernah meraih juara bersama ‘Los Rojibalancos’ musim 1996-1997. Sebagai pelatih, banyak yang meragukannya. Liga Spanyol, berbeda dengan Argentina.
Real Madrid dan Barcelona, dua klub kiblat dunia ada di sini. Meski demikian, Atletico yang saat itu berkompetisi di Europa League, sukses ke final dan menghadapi Athletic Bilbao yang dilatih seniornya, Marcelo Bielsa. ‘Cholo’ memersembahkan trofi Eropa pertamanya bersama Atletico.
Kini dia benar-benar merasakan berkah bersama Atletico. Setelah resmi juara Liga Spanyol dengan menahan seri Barcelona, ‘Los Rojiblancos’ punya kans menjadi kampiun Liga Champions. Prestasi yang lahir dari seorang ‘pecundang’ bernama Diego ‘Cholo’ Simeone.
Tentu publik sepak bola ingat dengan ‘sandiwara’ Piala Dunia 1998. Aksi pura-puranya, membuat David Beckham di-kartu merah. Majalah olah raga ‘Sports Illustrated’ sampai-sampai menyebut aksi Simeone seperti orang kejatuhan 1 ton batu bata.
Itu hanyalah sepenggal masa lalu. Simeone belajar dari kesalahan. Kesalahan yang dia perbaiki saat bersatus sebagai pelatih.
Sama seperti julukannya, ‘Cholo’ yang artinya kasta orang tidak mampu dan hidup sederhana. Filosofi ini pas untuk Atletico Madrid. Dibanding ‘klub sebelah’ Real Madrid, Atletico hanyalah sebuah klub yang biasa-biasa saja.
Namun, hari ini Atletico membuktikan. Dengan keterbatasan, ‘Los Rojiblancos’ siap mengusik ‘Los Galaxticos’ di stadion Da Luz Portugal dini hari ini.(berbagai/ian/fik)
Teks Foto:
Diego Simeone Pelatih Atletico Madrid
Foto:
UEFA.com