Sejak kecil, Nabi SAW hidup di antara orang-orang yang menyembah patung-patung, berhala, arca-arca, makanan-makanan, kayu-kayu, batu-batu, dan sebagainya.
Diriwayatkan pada suatu waktu, pamannya bersama sanak saudaranya yang laki-laki serta perempuan hendak ikut meramaikan suatu perayaan yang biasa diadakan oleh bangsa Quraisy setiap tahun di tempat suatu berhala.
Beliau diajak ke tempat itu, sekalipun beliau tidak mau ikut menghormati dan menyembah berhala itu. Meskipun beliau diancam akan mendapat kutukkan dari berhala, yaitu tidak akan mendapatkan kebahagiaan selama hidupnya. Beliau tetap tidak pernah ikut mengerjakanya, bahkan sangat tidak sudi melihat perbuatan semacam itu dan beliau tidak mau mengikuti ajakan itu sekalipun dipaksa dengan cara apapun.
Ketika Nabi SAW pergi berniaga di Negeri Syam, dalam perjalan dan menjual dagangan, tidak lagi beliau mengikuti adat kebiasaan yang berlaku. Itu pun telah menunjukan bahwa beliau sudah tidak sudi mengikuti kelakuan dan perbuatan orang yang sedang dalam kesesatan.
Dalam kisah yang lain, diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi SAW ikut mengangkut dan membawa batu-batu besar guna pembangunan Ka’bah, tapi kemudian tiba-tiba beliau kembali lantaran kelihatan auratnya seperti para kawannya yang ikut membawa batu-batu itu. Seketika itu pun beliau melihat ke atas.
Ini telah menunjukan bahwa beliau terpelihara dari perbuatan kurang sopan. Nabi SAW juga hidup di tempat orang-orang yang berzina, gemar memperebutkan perempuan, gemar membungakan uang menjadi berlipat ganda, gemar mengumpulkan gundik, gemar bermain judi dan bertaruh, gemar memakan bangkai, gemar meminum minuman keras, dan sebagainya.
Itu semua adalah beberapa di antara hiburan dan kesenangan yang sangat digemari oleh umumnya para pemuda Quraisy di Mekah pada masa itu. Akan tetapi, Nabi SAW di kala itu sebagai seorang pemuda yang tidak pernah mengerjakan kesenangan dan pelesiran yang cemar dan keji, meskipun beliau diejek dan diperolok-olok oleh para pemuda lainnya.
Jika yang diriwayatkan ini benar, nyatalah jiwa Nabi SAW tidak dapat disesatkan atau diperdayakan dan digoda oleh kesenangan duniawi dan kemewahan hidup, karena jiwa beliau adalah jiwa seorang yang akan menjadi nabi dan Rasulullah.
Jiwa orang yang suka mempergunakan pikiranya yang sehat dan jauh dari kelakuan-kelakuan dan perbuatan jahiliah atau kebiadaban.
sumber : {tooltip49}