Jumat, 22 November 2024
Uswah - YDSF

Keberkahan Rumah Tangga Nabi SAW

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan
Ilustrasi

Perkawinan antara dua mempelai Quraisy (Muhammad dengan Khadijah) berada di luar dugaan orang. Terutama pihak keluarga Quraisy pada umumnya, tidak seorang pun menyangka bahwa kedua orang itu akan bertemu dan menikah.

Muhammad adalah seorang pemuda miskin, yatim piatu dan menjadi buruh penggembala kambing, juga tidak pernah kenal mata uang. Hidupnya sejak umur delapan sampai 25 tahun hanya sebagai seorang pemuda yang terkenal jujur dan berbudi luhur.

Khadijah seorang perempuan yang telah menjanda dua kali dan seorang hartawati. Selama menjadi janda telah berulang kali dipinang oleh beberapa orang dari golongan hartawan Quraisy atau bangsawan Quraisy, tetapi ditolaknya. Umur Khadijah lima belas tahun lebih tua dari Muhammad. Akan tetapi karena Allah SWT telah menakdirkan kedua orang itu harus bertemu dan menikah.

Sesudah hari perkawinannya dengan Khadijah selesai, Muhammad pindah dari pamannya, Abu Thalib, ke rumah istrinya, untuk memulai lembaran baru, hidup berumah tangga, menjadi suami dan akan menjadi ayah.

Keadaan rumah tangga Nabi SAW ketika itu jauh berbeda dengan rumah tangga orang-orang Arab Quraisy. Pribadi Nabi SAW dalam pergaulan sehari-hari dengan istrinya menunjukan cinta kasih. Hal ini tidak biasa terjadi di kalangan bangsa Arab Quraisy pada masa itu, yang suka merendahkan dan menghinakan seorang istri. Dan istrinya, Khadijah, demikian juga halnya.

Dalam urusan mata pencarian kala itu, hanya memberi bantuan dan menolong istrinya, ikut mengurus perniagaan istrinya. Pada waktu itu Khadijah, selalu memperhatikan benar akan segala gerak-gerik dan perangai suaminya.

Beliau, sekalipun menjadi suami seorang wanita hartawati besar, tetapi cara hidup beliau sederhana seperti bisanya, tidak suka kemewahan. Makanan dan minumannya sangat sederhana dan tidak banyak.

Demikian pula dalam soal berpakaian sangat sederhana. Beliau sangat memperhatikan dan suka menolong kehidupan orang-orang dari golongan kaum lemah, fakir miskin, dan janda-janda yang sengsara, yang pada umumnya tidak begitu diperhatikan oleh para bangsawan, para hartawan bangsa Quraisy waktu itu.

Kekayaan Khadijah ketika itu bertambah besar karena perniagaanya bertambah maju dan keuntungan yang diperoleh bertambah banyak. Kekayaannya digunakan untuk menolong orang yang kekurangan. Akibat kepemimpinan Nabi yang selalu perhatian kepada golongan kaum lemah dan sengsara, rumah tangga

Khadijah menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang mengharapkan pertolongan seperti para janda yang menderita, para anak yatim piatu yang menderita lapar, dan orang-orang yang kekurangan.

Setiap hari, mereka datang berduyun-duyun ke rumah Khadijah yang dikepalai oleh Nabi SAW untuk meminta bantuan dan mengharapkan pertolongan. Khadijah dengan tulus dan ikhlas, menyampaikan harta kekayaannya kepada suami yang dicintainya itu guna diberikan kepada siapa pun yang datang mengharapkan bantuan dan pertolongan. Demikianlah keadaan rumah tangga Nabi SAW yang penuh keberkahan.

sumber : {tooltip49}

Berita Terkait

Keteguhan Hati Nabi SAW

Berpuasa di Negeri Sunyi

Amr Bin Ash, Sang Pembebas Mesir


Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs