Sabtu, 23 November 2024
Al Haromain

Manusia yang Paling Merugi

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Oleh: Ust. Mashuda al Mawwas

“Sesungguhnya manusia yang paling rugi perdagangannya adalah orang yang menghilangkan akhiratnya (menukar akhiratnya) dengan dunia orang selainnya.”

Hari kiamat termasuk di dalamnya ada Hisab merupakan penentuan yang meyakinkan akan kerugian dan keberuntungan. Pada hari itulah orang-orang yang beruntung merasa bergembira. Sebaliknya orang yang merugi merasa menyesal dan bersedih hati.

Akan tetapi di antara golongan yang merugi itu ada kelompok yang paling parah menderita kerugian hingga rasa penyesalan mereka pun paling mendalam. Mereka adalah orang yang menukar kebahagiaan akhiratnya dengan kesenangan dunia orang lain. Waktu-waktunya di dunia habis untuk kesenangan dunia orang lain seperti yang dilakukan oleh para pelayan orang-orang besar yang menghabiskan waktu untuk memberi manfaat kepada majikan hingga melupakan kewajibannya sebagai hamba Alloh SWT. Mereka meninggalkan sholat atau bahkan puasa demi usaha agar majikan mereka tidak kecewa.

Kelompok seperti ini (orang yang mengorbankan akhiratnya demi kebahagiaan dunia orang lain) ternyata jika diteliti banyak sekali modelnya. Di antaranya adalah para hakim yang mudah menerima suap dan uang sogok sehingga dengan melupakan naluri aslinya sebagai manusia yang beradab ia memberi keputusan yang tidak adil berupa memberikan hak kepada orang yang tidak berhak. Dalam kasus ini, si hakim telah merampok hak orang lain dan memberikannya kepada orang lain, bukan merampok untuk selanjutnya dia merasakan hasil rampokannya. Sungguh ini sangat kasihan.

Masuk dalam kelompok ini adalah para orang tua yang senantiasa dengan bersemangat terus bekerja siang dan malam tak mengenal lelah dan terus mengumpulkan harta sehingga sedikit sekali waktu yang dia luangkan untuk beribadah atau bahkan mungkin tak ada waktu baginya untuk beribadah padahal usia sudah menjelang senja, dan rambut kepala, alis dan jenggot sudah memutih.

Ketika ditanya kenapa anda semakin hari bertambah semangat mengumpulkan harta dalam kondisi usia yang sudah berkepala lima, enam ini? Ia menjawab: Aku ingin anak-anak kelak mendapat warisan harta yang banyak dariku hingga mereka tak usah susah-susah mencari harta.

Sungguh jika jujur diakui semangat mereka mencari harta benda dalam usia yang sudah senja itu tidak seratus persen karena anak keturunan, tetapi justru motivasi terbesar adalah naluri manusia yang suka berlomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, meski usia sudah senja sebagaimana pernah disebut dalam sebuah hadits bahwa manusia itu selalu muda (semangat muda) dalam dua hal yaitu cinta kedudukan dan harta benda. Firman Alloh SWT,”Kalian dilalaikan oleh berbanyak-banyak harta sehingga kalian datang pada kuburan-kuburan (mati” QS at Takaatsur: 1-2.

Betapapun memberi warisan harta benda kepada anak adalah naluri asli orang tua serta juga dianjurkan oleh Islam seperti sabda Nabi SAW kepada Sa’ad bin Abi Waqqosh, “Sungguh jika kami meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada mereka kalian tinggalkan dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang lain” HR, akan tetapi hal ini jangan sampai dijadikan senjata oleh setan untuk melalaikan para orang tua dari Alloh SWT.(ipg)

Bagikan
Berita Terkait

Keberkahan Rumah Tangga Nabi SAW

Keteguhan Hati Nabi SAW

Berpuasa di Negeri Sunyi


Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs