Sabtu, 4 Januari 2025

Tragedi Jeju Air Soroti Krisis Pemeliharaan Pesawat LCC di Korea Selatan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Sebuah pesawat Jeju Air penumpang terbakar setelah melewati landasan pacu dan jatuh di Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024). Foto: Yonhap

Kekhawatiran mengenai tantangan pemeliharaan dan perawatan oleh maskapai berbiaya rendah (LCC) muncul menyusul tragedi Jeju Air, menurut pengamat industri pada Kamis (2/1/2025).

Dilansir dari Antara, data menunjukkan ketergantungan yang signifikan pada layanan perbaikan luar negeri untuk pemeliharaan kritis, seperti perbaikan mesin pesawat.

Kejadian kerusakan roda pendaratan pada pesawat Jeju Air B737-800 yang jatuh pada Minggu (29/12/2024) menimbulkan kekhawatiran bahwa maskapai itu mungkin mengutamakan sisi operasional pesawat dibandingkan waktu pemeliharaan yang memadai, sehingga berpotensi mengorbankan aspek keselamatan.

Menurut data dari Kementerian Transportasi Korea Selatan, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan maskapai domestik di luar negeri mencapai 1,99 triliun won (sekitar 1,35 miliar dolar AS atau sekitar Rp21,9 triliun) pada tahun 2023, meningkat 58,2 persen dari 1,26 triliun won (atau sekitar Rp13,9 triliun) pada 2019.

Kenaikan tersebut lebih signifikan pada LCC. Biaya pemeliharaan luar negeri oleh maskapai berbiaya rendah mencapai 502,7 miliar won (sekitar Rp5,5 triliun) tahun lalu, meningkat 63,6 persen selama periode yang sama.

Tingkat perbaikan oleh LCC yang dilakukan di luar negeri tercatat mencapai 71,1 persen pada 2023.

Di antara maskapai Korea Selatan, hanya Korean Air dan Asiana Airlines yang memiliki kapasitas untuk melakukan perbaikan besar, termasuk perbaikan mesin, karena mereka memiliki hanggar sendiri serta kapasitas pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO).

Karena LCC tidak memiliki sumber daya tersebut dan harus melakukan alih daya (outsourcing) untuk perbaikan besar, opsi MRO domestik tetap terbatas, dengan hanya Korean Air dan Korea Aviation Engineering & Maintenance Service yang menawarkan layanan semacam itu.

Sebelumnya, Kim E-bae CEO Jeju Air mengakui situasi ini. Ia menyatakan bahwa perusahaannya melakukan beberapa perbaikan secara lokal dan sisanya dikirim ke penyedia layanan MRO luar negeri.

Para ahli berpendapat bahwa pengembangan industri MRO domestik yang kuat sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pemeliharaan LCC.

Pasar MRO penerbangan global diproyeksikan tumbuh menjadi 124,1 miliar dolar AS (sekitar Rp2.022 triliun) pada 2034, namun kemajuan Korea Selatan dalam mengembangkan industri ini masih lambat.

Pada Agustus 2021, Kementerian Transportasi mengumumkan rencana untuk memperkuat daya saing industri MRO penerbangan domestik, dengan target meningkatkan pangsa pemeliharaan lokal menjadi 70 persen pada 2024.

Namun, baru pada April tahun lalu pemerintah menggelar upacara peletakan batu pertama untuk pembangunan Kompleks Penerbangan Lanjutan Bandara Incheon, klaster yang secara khusus didedikasikan untuk MRO. (ant/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Sabtu, 4 Januari 2025
26o
Kurs