Dr. Nur Widodo pakar hewan sekaligus Dosen Program Studi Peternakan Universitas Jember (Unej), memberikan sejumlah tips untuk mencegah penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kasusnya terus meningkat di Jawa Timur.
“PMK merupakan penyakit yang memiliki tingkat penularan dan kerugian yang tinggi. Penyakit itu disebabkan oleh virus RNA, genus Apthovirus yang termasuk dalam keluarga Picornaviridae,” katanya di Jember, Jumat (17/1/2025).
Dilansir dari Antara, Berdasarkan data Sistem Informasi Kesehatan Hewan (ISIKHNAS), dari 1 Desember 2024 hingga 13 Januari 2025, terdapat 12.934 ekor sapi di Jawa Timur yang terinfeksi PMK.
Kementerian Pertanian memproyeksikan bahwa kasus PMK pada ternak akan terus bertambah selama tiga bulan ke depan, yaitu pada Januari, Februari, dan Maret 2025. Peningkatan ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca serta mobilisasi ternak menjelang Hari Raya Idul Fitri dan persiapan Idul Adha.
“Virus itu bisa menyebar secara langsung dan tidak langsung seperti melalui petugas atau peternak maupun melalui udara dengan jarak radius yang cukup jauh yaitu 10-20 km,” tuturnya.
Karena itu, lanjutnya, penerapan sanitasi diri pada peternak dan petugas sebelum dan setelah memasuki area kandang menjadi hal yang krusial dalam memutus rantai penularan PMK.
“Peternak maupun petugas yang menangani ternak sering melupakan hal kecil seperti mencuci tangan dan mengganti baju sebelum menangani ternak yang lain, sehingga kemungkinan penularan penyakit lebih tinggi,” katanya.
Ia menjelaskan, pemisahan ternak sakit dengan ternak sehat adalah hal yang wajib dilakukan untuk mencegah penularan dalam satu kandang.
Kemudian pemberian pakan bernutrisi juga dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan dan sistem imun sapi agar dapat melawan infeksi yang disebabkan virus PMK.
“Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan pemerintah untuk menekan penyebarannya adalah membatasi lalu lintas ternak dengan menutup sementara pasar-pasar hewan -sapi- dan meningkatkan jumlah ketercapaian vaksinasi PMK pada ternak sapi dan dilakukan secara berkala,” ujarnya.
Nur mengimbau kepada para peternak untuk melakukan vaksinasi secara mandiri dengan berkoordinasi melalui Dinas Peternakan atau Dinas kesehatan hewan setempat, maupun membeli langsung melalui Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma Jatim.
Sementara itu, Purnaning Dhian Isnaeni yang juga Dosen Program Studi Peternakan Unej juga menjelaskan, ketika sapi sudah terinfeksi PMK peternak tidak perlu panik karena PMK masih bisa disembuhkan.
“Angka kematian ternak sapi masih di bawah lima persen, apabila dilakukan pengobatan dan perawatan secara tepat dan intensif karena pengobatan PMK pada ternak bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah infeksi sekunder, dan mempercepat pemulihan,” katanya.
Ia berharap peternak segera melaporkan ke petugas medis jika ternaknya mengalami gejala-gejala PMK seperti demam, kurang nafsu makan, mengeluarkan air liur berlebih, atau terdapat luka melepuh pada mulut, teracak, dan hidung ternak.
“Sapi yang sakit segera dipisahkan dari sapi yang lain dan hindari kontak baik secara langsung maupun tidak langsung antara sapi yang sakit dan yang sehat,” tuturnya.
Menurutnya pembersihan kandang dengan air sabun dan desinfektan juga penting untuk membunuh virus yang mungkin menempel pada lantai atau dinding kandang.
“Dengan kerja sama yang baik antara peternak, petugas peternakan, tenaga medik, dan dinas peternakan, maka penyakit PMK bisa dikendalikan, dan harapannya Jawa Timur dapat bebas dari PMK,” ujarnya.(ant/vin/kir/faz)