Minggu, 9 Maret 2025

Tekan Pencemaran Lingkungan, Pemkot Surabaya Gandeng Bumbi untuk Penggunaan Popok Pakai Ulang

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Celia Siura Founder dan CEO Bumbi saat mengudara di program Semanggi Suroboyo Radio Suara Surabaya dengan tema Menuju Kota Surabaya Bebas Sampah Popok, Jumat (7/3/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurabaya.net

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berupaya mengurangi  produksi sampah oleh masyarakat, termasuk salah satu yang paling mencemari lingkungan, yaitu popok sekali pakai.

Salah satu upayanya, Pemkot Surabaya menggandeng Bumbi (Bunda Untuk Bumi dan Bayi), penggagas penggunaan popok yang bisa dipakai ulang dan lebih ramah lingkungan.

Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya mengatakan, sampah popok sekali pakai menjadi salah satu jenis sampah anorganik yang paling mencemari sungai. Ditambah lagi, budaya dan sugesti orang Jawa yang lebih memilih membuang popok ke sungai agar tidak dibakar, makin memperparah kondisi tersebut.

“Suletan itu ya, kalau popok itu sampai dibuang terus dibakar, bayinya nanti takutnya sakit perut atau apa. Jadi mereka punya keyakinan kalau dibuang di sungai larinya ke laut, nggak akan ada yang bakar. Tapi apa efeknya? Begitu dibuang ke sungai, sungai itu menjadi bahan baku air PDAM, dan Surabaya ini posisi di hilir. Dan sekian ribu bayi itu, popoknya dibuang ke sungai Brantas, ngumpulnya di Surabaya,” jelas Dedik dalam program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (7/3/2025).

(Kanan – Kiri) Celia Siura Founder dan CEO Bumbi, Anna Fajriatin Kepala Dinas Sosial Surabaya, Dedik Irianto Kepala Dinas Lingkungan Surabaya saat mengudara di Radio Suara Surabaya mengenai Menuju Kota Surabaya Bebas Sampah Popok, Jumat (7/3/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurabaya.net

Karena itu, menurutnya pengurangan penggunaan popok sekali pakai menjadi langkah penting yang harus didorong bersama, apalagi Surabaya tengah menghadapi pencemaran sungai yang cukup serius akibat sampah jenis ini.

“Nah, hingga paling tidak dengan ada solusi tadi yang dilakukan oleh Bumbi, jadi salah satu solusi mendukung program Pemerintah Kota Surabaya untuk mengurangi sampah dari sumbernya, dan ini memang butuh perilaku. Perilaku yang selalu kita gencarkan ini (untuk campaign-nya),” tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Celia Siura Founder dan CEO Bumbi menjelaskan gagasan pokok pakai ulang ini memang lahir dari masalah popok sekali pakai yang mencemari Sungai Brantas.

BUMBI sendiri, kata dia, adalah organisasi sosial yang berfokus pada penciptaan solusi untuk masalah tersebut dengan memberdayakan perempuan Indonesia dan kaum disabilitas.

“Kita kan lahir karena masalah popok sekali pakai yang ditemukan di Sungai Berantas. Jadi kita mencari solusi. Nah kira-kira apa sih solusi yang bisa mengatasi masalah ini? Karena orang-orang di Jawa Timur kebanyakan punya kepercayaan suletan ya, jadi popok itu harus dibuang ke sungai. Nah kita carilah sebuah solusi popok kain yang dibuat oleh perempuan Indonesia dan kaum disabilitas,” ujar Celia.

Popok Ramah Lingkungan dari Bumbi yang bisa digunakan berkali kali dan tersedia untuk berbagai ukuran, Jumat (7/3/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurabaya.net

Adapun popok kain yang diciptakan Bumbi ini, menurutnya lebih mudah dicuci, dirawat, dan dikeringkan, sehingga menjadi solusi yang praktis dan ramah lingkungan. Selain itu, lanjutnya, produk ini juga dibuat oleh kaum disabilitas yang diberdayakan melalui program tersebut.

“Kita selain ingin mengatasi masalah lingkungan, kita juga ingin memberikan pemberdayaan ke perempuan Indonesia dan kaum disabilitas, sehingga mereka bisa mendapatkan ekonomi dari sini,” tambah Celia.

Sementara Anna Fajriatin, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya menyampaikan bahwa instansinya juga mendukung penuh upaya pengurangan sampah popok sekali pakai itu. Bahkan Dinsos Surabaya juga sudah menerapkan penggunaan popok pakai ulang pada beberapa unit layanan di bawah naungan mereka.

Anna mengatakan, pihaknya langsung tertarik untuk menerapkan popok pakai ulang ini, mengingat adanya tiga Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) besar, yang salah satunya Griya Werdha mengurus lansia.

“Dan kebutuhan kami cukup besar untuk popok lansia ini. Jadi untuk lansia ini mungkin sampai Rp600 juta setahun yang kami keluarkan. Mereka kan memang harus diganti, popoknya satu hari bisa 3-4 kali. Kami mengganti untuk para lansia. Nah, ini kan kami bisa men-support,” tutur Anna.

Dinsos sendiri, kata Anna, juga sudah mulai melibatkan para disabilitas dalam pembuatan popok kain yang bisa digunakan ulang. “Teman-teman sudah dilatih oleh timnya BUMBI, kemudian kita diberi PR begitu. Nanti disetorkan hasilnya, kemudian dibeli oleh BUMBI. Nah ini kan sebuah sirkulasi sebetulnya,” lanjutnya. (bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Surabaya
Minggu, 9 Maret 2025
30o
Kurs