Minggu, 12 Januari 2025

Studi: Curah Hujan Tinggi dan Banjir Jadi Ciri Utama Cuaca Ekstrem Tahun 2024

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Hujan membasahi sejumlah kota. Siapkan payung dan jas hujan Anda! Foto: Getty Images

Sejumlah rekor baru cuaca ekstrem terjadi pada tahun 2024. Yang paling menonjol ditandai dengan hujan deras dan banjir yang melanda berbagai belahan dunia.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Advances in Atmospheric Sciences, tim ilmuwan internasional yang dipimpin para peneliti di Institut Fisika Atmosfer (IAP) di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS), mengulas cuaca ekstrem yang paling signifikan pada 2024, termasuk hujan deras, banjir, siklon tropis, dan kekeringan.

Tim tersebut melakukan tinjauan tahunan terhadap berbagai peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia sejak 2022. Tahun ini, mereka menyoroti banjir dan curah hujan ekstrem sebagai karakteristik yang menggambarkan 2024.

Dilansir dari Antara pada Minggu (12/1/2025), para peneliti tersebut meninjau penyebab dari peristiwa-peristiwa itu dan membahas berbagai tantangan dalam membangun ketahanan iklim.

“Sebagian besar peristiwa ekstrem memiliki elemen acak yang besar, yang bergantung pada fluktuasi cuaca, sementara beberapa peristiwa menjadi lebih mungkin terjadi ketika penggerak berskala besar, seperti El Nino, memengaruhi pola cuaca regional,” kata James Risbey salah seorang penulis studi tersebut.

Para peneliti menunjukkan, banyak peristiwa curah hujan dan kekeringan ekstrem pada 2024 terkait dengan kondisi atmosfer yang dipengaruhi oleh El Nino selama musim dingin 2023-2024.

Walau begitu, mereka menyebut El Nino bukan menjadi satu-satunya penyebab dari setiap peristiwa cuaca tersebut.

Perubahan iklim akibat ulah manusia sejak era praindustri juga sering kali meningkatkan siklon tropis, kekeringan, curah hujan ekstrem, dan dampak-dampak yang menyertainya, kata Zhang Wenxia peneliti di IAP.

“Hal itu sejalan dengan fisika dasar. Pemanasan antropogenik meningkatkan kelembapan atmosfer dan permintaan evaporasi, yang masing-masing berpotensi meningkatkan curah hujan dan kekeringan ekstrem,” kata Zhang.

Menurut makalah tersebut, meski ada kemajuan dalam memahami cuaca ekstrem, tantangan tetap ada. Salah satu masalah yang signifikan yaitu ketidaksesuaian antara tren jangka panjang yang teramati dan simulasi model iklim mengenai presipitasi ekstrem.

Ketidaksesuaian itu mungkin berasal dari ketidakpastian dalam observasi, variabilitas iklim internal, atau keterbatasan dalam model-model tersebut.

“Atribusi yang lebih akurat terhadap peristiwa ekstrem diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, mulai dari pemulihan pascabencana hingga persiapan di masa depan,” kata Michael Brody peneliti di Universitas George Mason.(ant/saf/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Minggu, 12 Januari 2025
26o
Kurs