
Sejumlah negara Eropa telah memperbarui peringatan perjalanan warganya ke Amerika Serikat (AS) pekan ini, menyusul insiden penahanan sejumlah warga negara Eropa, termasuk warga Jerman, saat tiba di Negeri Paman Sam.
Melansir Antara, Minggu (23/3/2025), Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jerman menegaskan bahwa mereka menanggapi serius insiden yang melibatkan wisatawan Jerman itu.
“Kami telah mengklarifikasi dan kini dengan jelas menekankan bahwa persetujuan Sistem Elektronik untuk Otorisasi Perjalanan (Electronic System for Travel Authorization/ESTA) atau visa AS tidak, dalam setiap kasus, memberikan izin masuk ke Amerika Serikat,” kata seorang juru bicara Kemlu kepada ARD lembaga penyiaran publik Jerman.
Pembaruan peringatan ini muncul setelah laporan tentang tiga warga Jerman yang ditahan di titik masuk AS, termasuk seorang pemegang kartu hijau (green card). Dua dari mereka kini telah kembali ke Jerman.
Menanggapi insiden tersebut, Inggris juga merevisi saran perjalanan mereka kepada para warganya. Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris memperingatkan tentang penegakan hukum imigrasi AS yang ketat.
“Anda dapat dikenakan penangkapan atau penahanan jika Anda melanggar peraturan,” ujar pernyataan mereka pada Kamis (20/3/2025).
Pada awal bulan ini, Kementerian Luar Negeri Inggris mengonfirmasi bahwa mereka memberikan bantuan kepada seorang warga Inggris yang dilaporkan ditahan di perbatasan AS.
Selain Jerman dan Inggris, Finlandia juga mengeluarkan pembaruan serupa pada, Jumat (21/3/2025), memperingatkan bahwa dokumen perjalanan yang sah sekalipun mungkin tidak menjamin masuknya seseorang ke AS.
Kementerian Luar Negeri Finlandia juga mencatat perubahan kebijakan yang mewajibkan pemohon visa atau ESTA untuk menyatakan jenis kelamin dan jenis kelamin saat lahir, yang dapat menyebabkan penolakan masuk jika ditemukan ketidaksesuaian.
Selain itu, otoritas Finlandia mengimbau pelancong untuk menghindari pertemuan besar di kota-kota besar AS, mengingat adanya risiko demonstrasi bermotif politik yang berpotensi berubah menjadi kekerasan.
Menurut lembaga penyiaran Finlandia, Yle, pengetatan peringatan ini mencerminkan kebijakan imigrasi AS yang terus berkembang di bawah masa jabatan baru Donald Trump Presiden. (ant/bil/ham)