
Prabowo Subianto Presiden RI menginstruksikan penghapusan kuota impor khususnya komoditas tertentu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Jajarannya diminta menghilangkan mekanisme kuota yang bisa menghambat kelancaran perdagangan. Pernyataan itu disampaikan dalam sesi dialog di acara Sarasehan Ekonomi Selasa (8/4/2025), di Menara Mandiri, Jakarta.
“Yang jelas, Menko, Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua DEN sudah saya kasih perintah untuk hilangkan kuota-kuota impor. Terutama untuk barang-barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Siapa yang mampu, siapa yang mau impor, silakan, bebas. Tidak lagi kita tunjuk-tunjuk hanya ini yang boleh, itu tidak boleh,” ucapnya.
Menurut Anda, masyarakat akan setuju atau tidak dengan instruksi penghapusan kuota impor ini?
Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya, Kamis (10/4/2025) pagi, masyarakat mayoritas setuju dengan instruksi Prabowo untuk penghapusan kuota impor khusus komoditas tertentu.
Dari data Gatekeeper Radio Suara Surabaya, 54 persen peserta polling atau 43 voters menyatakan setuju, sementara 46 persen atau 36 voters menyatakan tidak setuju.
Sedangkan polling yang dihimpun di Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 60 persen atau 2.734 voters menyatakan setuju dan 40 persen atau 1.826 voters memilih tidak setuju.
Medy Prakoso Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur juga menanggapi setuju dengan kebijakan Prabowo.
Importir bahan olahan susu itu saat mengudara dalam Wawasan Polling Suara Surabaya menyebut, Indonesia sudah kaya bahan dasar produk makanan seperti garam, kedelai, dan lainnya.
“Indonesia punya garam, punya kedelai sendiri enak,” katanya, Kamis (10/4/2025).
Namun, tetap butuh impor produk sama dari luar negeri, karena digunakan kepentingan industri.
“Garam kalua Indonesia di garis katulistiwa, panas, dikit-dikit leleh. Kedelai impor karena butuh untuk makan bebek, sapi, kan enggak mungkin dikasih yang enak milik lokal, beli yang enggak enak dan murah (impor),” bebernya.
Begitu juga susu hanya disuplai sapi lokal sekitar 22 persen, sisanya dipenuhi dengan cara impor.
“Kenapa barang-barang yang kita engga punya dikuota, Pak Prabowo luar biasa, tahu yang pegang kuota itu-itu aja,” ungkapnya.
Meski setuju, ia minta pemerintah tetap menerapkan perlindungan atau proteksi terhadap produk dalam negeri seperti yang dilakukan Amerika Serikat dan China.
“Mengapa sih tiap negara termasuk Trump memproteksi Amerika. China juga sama. Bentuk proteksi Indonesia gimana nih,” tegasnya.
Ia juga mengapresiasi keberpihakan Prabowo terhadap para improtir dan eksportir di Indonesia.
“Pak Prabowo menginstruksikan jajaran, menanggapi keluhan importir dan eksportir sesegera mungkin. Eksportir kalau dirasakan ada antidumping langsung tangani sigap. Jadi jangan khawatir,” paparnya lagi.
Terakhir, ia senada dengan Sri Mulyani Menteri Keuangan yang mendukung kebijakan Prabowo karena akan menentukan perbaikan ekspor dan impor di Indonesia. Selama ini kuota komoditas tertentu itu tidak memberi penerimaan negara, menambah beban transaksi, dan menimbulkan ketidaktransparanan. (lta/ipg)