
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di semua RW.
Itu diungkapkan Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat memeringati Hari Air Sedunia di Surabaya yang jatuh pada 22 Maret, Jumat (21/3/2025).
Ia minta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menghitung RW yang belum punya IPAL, untuk dibangun.
“Jadi tahun ini kalau bisa seluruh RW itu sudah ada pembangunan IPAL,” katanya saat sambutan di Hari Air Sedunia yang digelar Perumda Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya, Jumat (21/3/2025).
Tujuannya, pembuangan air dari rumah bisa dimanfaatkan lagi untuk kegiatan sehari-hari, menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lainnya.
“Sehingga itu bisa memanfaatkan air. Tidak di-loss. Itu saja sebenarnya,” imbuhnya.
Ia berharap, IPAL bisa membantu warga menghemat air sebagai bentuk kepedulian terhadap kualitas air Sungai Brantas yang jadi sumber air baku utama Kota Surabaya.
“Sehingga saya berharap ketika ada air yang bisa dimanfaatkan kembali, maka lakukan dengan pemanfaatan. Salah satunya adalah ketika air itu dibuang dari rumah, maka bisa dimanfaatkan kembali di daerah siram-siram. Sehingga bisa bermanfaat lagi,” bebernya lagi.
Arief Wisnu Cahyono Direktur Utama Perumda Air Minum Surya Sembada Kora Surabaya menyebut, ketahanan air baku bergantung pada kualitas air sungai.
Butuh kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan di sungai.
“Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat kami harus mengambil 12 ribu liter perdetik dari mata air sungai, sehingga penting untuk tidak mencemari sungai. Sampah yang dibuang berisiko tinggi membuat air sungai tercemar bakteri e-coli atau lainnya,” ungkap Wisnu.
Ia mengajak masyarakat meningkatkan kesadaran untuk menjaga lingkungannya.
“Banyak manfaat ketika kita menjaga kualitas air, terhindar dari bencana banjir, meningkatkan kualitaa hidup masyarakat dan terlebih mengembangkan sistem pengelolaan air yang efektif,” tandasnya.
Sementara Prigi Arisandi aktivis lingkungan hidup menambahkan, masih banyak trmuan pabrik yang membuang limbah ke sungai.
“3 ton tinja dibuang di Kali Surabaya yang terbentang dari Mlirip hingga Jagir. Tak hanya itu, limbah pabrik juga dibuang di sana, terlebih di saat sepertiga malam yang mungkin tidak terjangkau dari patroli yang dilakukan DLH,” kata Prigi
Prof Joni Hermana Pakar Lingkungan Hidup ITS menyarankan, PDAM dan Pemkot Surabaya untuk meningkatkan sistem pemantauan kualitas air menggunakan sensor otomatis untuk mendeteksi pencemaran secara real-time.
“Penegakan regulasi yang ketat, hal ini mencakup pengawasan dan penegakan hukum terhadap industri dan rumah tangga yang membuang sampah sembarangan, serta penerapan sanksi yang lebih tegas bagi pelanggar. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan untuk menjaga kualitas air di masa depan,” tukasnya.(lta/ris/iss)