
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memprediksi penyakit Tuberkulosis (TBC) tahun 2025, mencapai 16 ribuan kasus.
Nanik Sukristina Kepala Dinkes Kota Surabaya menyebut, prediksi itu berdasarkan Surat Revisi Penyampaian Target dari Dinkes Jatim.
Estimasi temuan tahun 2025 sebanyak 16.098 kasus, lebih rendah dari estimasi tahun 2024 sebanyak 16.127 kasus.
Tapi realisasi penemuan kasus TBC di Kota Surabaya selama Januari-Desember 2024 sebesar 12.096 kasus atau 75 persen dari estimasi.
“Berdasarkan sumber data SITB dan cut off data per 24 Maret 2025, Penemuan kasus TBC di Surabaya ada sebanyak 1.917 dari estimasi kasus sebanyak 16.098 di Tahun 2025. Kami menargetkan, Investigasi Kontak (IK) di tahun 2025 sebesar 100 persen,” kata Nanik, Rabu (16/4/2025).
Nanik menyebut akan melibatkan lintas sektor di masing-masing wilayah melalui berbagai kegiatan. Mulai investigasi ke minimal 8 orang serumah atau kontak erat melalui gerakan Cak dan Ning.
Dinkes Surabaya juga akan menggelar kegiatan skrining kesehatan terintegrasi TBC-PTM dan TBC-anak, lalu menggandeng Universitas Airlangga (Unair) untuk melakukan penanggulangan TBC anak.
“Memperluas jaringan layanan TBC, melakukan kerja sama dengan rumah sakit (RS), hingga klinik. Selain itu, pemkot juga akan melakukan skrining TBC pada kelompok risiko tinggi (risti) seperti pasien HIV, DM (diabetes melitus), anak khususnya gizi kurang dan buruk, ISPA atau pneumonia, Covid-19, dan calon jemaah haji (CJH),” jelasnya.
Akan menguatkan jaringan internal TBC dengan melibatkan peran poli paru, poli anak, poli penyakit dalam, poli bedah, IGD, rawat inap, dan sebagainya.
“Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menjaring terduga TBC dan penemuan kasus TBC di RS. Selain itu juga dilakukan optimalisasi kolaborasi TBC-HIV, yang mewajibkan semua pasien TBC mengetahui status HIV-nya dan pasien HIV wajib melakukan screening TBC,” ujarnya.
Upaya ini untuk meningkatkan penguatan, pendampingan, dan dukungan sosial untuk mempertahankan pengobatan.
Selain itu juga melacak kasus pasien yang belum memulai pengobatan, hingga pendampingan pasien TBC oleh tim ahli klinis (TAK) dan KOPI TBC.
Diketahui, pengobatan pasien TBC dapat dilakukan di puskesmas satelit TBC Resisten Obat (RO) atau di RS rujukan TBC RO. Sedangkan pendampingan pasien TBC RO dilakukan oleh Peer Educator (PE).
“Selain itu dinkes juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya untuk memfasilitasi shelter bagi pasien TBC. Pemberian berbagai bantuan kepada pasien TBC seperti makanan tambahan PMT, tabung oksigen, sembako, dan sebagainya. Kami juga akan meningkatkan mutu melalui akreditasi fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes),” tandasnya. (lta/ipg)