Rabu, 16 April 2025

Pakar Sebut IHSG dan Rupiah Melemah Faktor Psikologis Pasar yang Pengaruhi Investor

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Foto: Antara

Pakar menyoroti psikologis pasar imbas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kompak mengalami tekanan pascalibur Lebaran 2025.

Prof Rossanto Dwi Handoyo Pakar Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) menyebut, fluktuasi di pasar saham memang wajar.

Tapi, penurunan IHSG lebih dari 9 persen dalam waktu singkat menunjukkan ada gejolak tidak biasa.

“Kalau sudah di atas 2 persen itu berarti ada faktor psikologis pasar yang mempengaruhi investor,” tegasnya.

Penurunan tajam ini, menurutnya lebih disebabkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian ekonomi global, bukan karena kondisi fundamental emiten di pasar modal.

Ia mencontohkan bahwa perusahaan-perusahaan besar seperti Bank Mandiri dan BRI masih menunjukkan kinerja sehat dan tetap membagikan dividen.

“Saat ini, investor yang berorientasi pada capital gain cenderung mengambil langkah cepat untuk menjual saham, meskipun secara fundamental perusahaan masih sehat.” jelas Prof Rossanto.

Menurutnya, ketakutan investor ini bisa menular dan menciptakan efek domino. Jika investor di negara-negara besar seperti AS, Jepang, atau Tiongkok mulai menjual saham, maka investor di Indonesia akan ikut-ikutan.

“Investor itu menular. Ketika semua jual saham karena takut rugi, maka harga saham pun akan anjlok secara drastis,” ucapnya.

Ia mengingatkan pentingnya peran pemerintah untuk menciptakan rasa aman dan kepercayaan bagi investor, terutama di tengah dinamika pasar yang fluktuatif.

Menurutnya, kepanikan investor seringnya dipicu oleh ketidakpastian, bukan semata-mata karena kondisi ekonomi yang memburuk.

“Dalam situasi seperti ini, yang paling dibutuhkan investor adalah rasa aman. Pemerintah harus bisa menunjukkan bahwa kondisi tetap terkendali, dan itu bisa dilakukan lewat komunikasi yang efektif dan kebijakan yang konsisten,” jelasnya.

Sementara masyarakat diminta tidak panik menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Kondisi ini bersifat sementara dan diperkirakan akan pulih dalam kurun waktu satu tahun seiring proses penyesuaian yang dilakukan oleh berbagai pihak.

“Bagi masyarakat yang memiliki kelebihan aset dan khawatir terhadap penurunan nilai saham, rupiah, atau aset lainnya, dapat mempertimbangkan untuk mengalihkan dana ke aset yang lebih aman seperti emas, yang dikenal sebagai safe haven, atau ke instrumen deposito yang cenderung bebas risiko,” pungkasnya.

Ia menyarankan, masyarakat menghindari kepemilikan aset properti, aset bergerak seperti kendaraan yang tidak dibutuhkan, serta mempertimbangkan secara matang sebelum memulai usaha dengan prospek yang kurang menjanjikan, terutama jika ketidakpastian global terus berlanjut.(lta/wld/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Surabaya
Rabu, 16 April 2025
29o
Kurs