
Fenomena #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial, dengan banyak warganet yang menggunakan tagar ini untuk mengajak anak muda bekerja, belajar, atau tinggal di luar negeri, terkait dengan rendahnya biaya pendidikan, terbatasnya lapangan kerja, dan upah yang rendah di Indonesia.
Abdul Kadir Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, menilai hal ini positif asal para pekerja migran meningkatkan keterampilan agar bisa bersaing dan mendapatkan upah layak.
Yassierli Menteri Ketenagakerjaan juga menyatakan tidak masalah dengan fenomena #KaburAjaDulu di media sosial yang mendorong WNI untuk bekerja dan tinggal di luar negeri. Ia yakin tren ini muncul bukan karena keinginan untuk “kabur”, melainkan untuk mengambil peluang kerja di luar negeri.
Meski demikian, pemerintah menyadari tren ini menjadi tantangan dalam menciptakan lapangan kerja yang baik bagi warga negara. Pemerintah saat ini juga sedang bekerja untuk meningkatkan kualitas SDM dan menyesuaikan kebijakan agar dapat mengurangi pengangguran.
Prof. Tadjuddin Noer Effendi Pakar Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan bahwa #KaburAjaDulu adalah fenomena yang wajar terjadi.
“Biasanya orang akan meninggalkan daerah yang dianggap tidak menjanjikan apa pun. (Mereka) akan pergi ke daerah yang menjanjikan nilai positif. Jadi saya ingin kayakan bahwa #KaburAjaDulu adalah satu fenomena sosial yang lazim terjadi di dalam proses kehidupan manusia,” katanya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (19/2/2025) pagi.
Tadjuddin menambahkan, jika seseorang merasa kurang nyaman atau kurang berkembang di satu tempat, maka wajar jika ia akan mencari tempat yang lebih baik untuk mengubah kehidupannya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia saat ini dalam era yang disebut bonus demografi, di mana usia produktif cukup besar, di atas 70 persen. Bonus demografi dinilai bisa membantu menumbuhkan ekonomi Indonesia dan membantu menciptakan Indonesia Emas pada 2045.
“Tapi belakangan ini kita tidak bisa memanfaatkan mereka untuk bekerja. Mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan. Itu yang menyebabkan angka pengangguran tinggi. Pengangguran ini situasi sosial yang kurang baik, apalagi anak muda. Situasi seperti itulah yang mungkin memunculkan ide untuk katakan pergi dulu mencari penghasilan atau pengalaman di negara orang,” jabarnya.
Tadjuddin menjelaskan, negara seharusnya memberikan respons positif atas fenomena #KaburAjaDulu. Bukan malah memberikan komentar bernada minor seperti yang disampaikan oleh Immanuel Ebenezer Gerungan Wakil Menteri Ketenagakerjaan.
“Komentar seperti itu saya pikir jangan dilakukan. Bahaya. Kalau dia bijak, seharusnya mempersilahkan pergi dulu, cari pengalaman, lalu kembali lagi ke Indonesia. Berkomentar seperti itu kan bisa. Jangan malah seperti mengusir,” sebut Tadjuddin.
Tadjuddin mengingatkan bahwa pemerintah harus sangat bijak menanggapi fenomena yang terjadi. Sebab faktanya saat ini jumlah tenaga kerja muda sangat banyak, sedangkan lapangan kerja terbatas.
“Anak muda sangat potensial. Tapi karena kita belum bisa menyediakan (lapangan pekerjaan), ya biarkan mereka mencari pengalaman di luar. Ketika Indonesia sudah maju, ajak mereka pulang,” terangnya. (saf/ipg)