Kamis, 20 Februari 2025

Pakar Kesehatan: Upaya Kolektif Diperlukan untuk Tekan Kasus DBD di Surabaya

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi - Nyamuk aedes aegyepti menghisap darah pada kulit manusia. Foto: iStock

Sulistiawati Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) mengatakan dibutuhkan keterlibatan masyarakat secara kolektif untuk menekan kasus demam berdarah (DBD).

Menurut Sulistiawati, meningkatnya kasus DBD berkaitan erat dengan faktor lingkungan dan kondisi iklim yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti, sebagai faktor utama penyebaran virus dengue.

“Nyamuk lebih suka bertelur di air bersih, bukan air kotor. Jika tempat berkembang biak nyamuk semakin mendukung, maka penyebaran virus akan lebih cepat,” jelasnya.

Sulistiawati menyebut, pencegahan penyebaran DBD, tidak cukup jika bergantung pada upaya individu, tetapi juga membutuhkan keterlibatan masyarakat secara kolektif.

Upaya pencegahan seperti 3M Plus yakni, menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta upaya tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk dan menggunakan kelambu, tetap menjadi strategi utama dalam pengendalian nyamuk.

“Jika program 3M Plus dilakukan secara rutin dan kompak oleh seluruh masyarakat, maka kasus DBD dapat ditekan. Namun, jika hanya sebagian yang menjalankan, maka efektifitasnya berkurang,” ungkapnya.

Sulistiawati juga menyoroti terkait pentingnya kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala awal DBD agar dapat segera tertangani.

“Ada yang hanya merasa lemas, ada yang demam tinggi, dan ada yang mengalami perdarahan hingga syok,” ujarnya.

Selain mengonsumsi obat penurun panas, ia juga menekankan pentingnya menjaga cairan tubuh dengan rutin mengonsumsi air putih, guna mencegah dehidrasi.

Sementara itu, Pemkot Surabaya telah memberikan imbauan pada warganya terkait antisipasi peningkatan DBD lewat Surat Edaran (SE) Nomor 400.7.9.2/2713/436.7.2/2005.

Imbauan itu mengacu pada prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan Kota Surabaya masih masuk puncak musim penghujan hingga Februari 2025 dengan intensitas curah hujan sedang di seluruh wilayah.

“Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penyebaran penyakit DBD di masing-masing wilayah,” jelas Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya. (kir/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Surabaya
Kamis, 20 Februari 2025
34o
Kurs