Kamis, 10 April 2025

Otoritas Kesehatan Kecam Blokade Vaksin Polio ke Gaza Sebagai Ancaman Serius

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Seorang anak Palestina yang mengungsi terlihat di sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, pada 5 April 2025. Foto: Zodiak

Otoritas Israel telah memblokir pengiriman vaksin polio ke Jalur Gaza. Kebijakan ini memicu kekhawatiran serius terhadap kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak, seperti disampaikan oleh otoritas kesehatan Gaza pada, Minggu (6/4/2025).

Mengutip Antara, dalam pernyataan resminya, otoritas kesehatan di Gaza menyebut langkah Israel ini sebagai bentuk “penargetan tidak langsung” terhadap anak-anak.

Mereka memperingatkan, sebanyak 602.000 anak di wilayah kantong yang terkepung itu kini menghadapi risiko kelumpuhan permanen dan cacat kronis, jika vaksin polio tidak segera tersedia.

“Pemblokiran vaksin ini membahayakan hasil kampanye imunisasi yang telah berlangsung selama tujuh bulan,” bunyi pernyataan itu.

“Jika terus berlanjut, dampaknya akan sangat serius bagi sektor kesehatan, serta memperburuk kondisi sosial dan ekonomi di Gaza.”

Kasus polio pertama di Jalur Gaza dalam 25 tahun terakhir terdeteksi pada Agustus 2024. Menyusul temuan tersebut, dua putaran kampanye vaksinasi telah dilakukan dengan dukungan badan-badan PBB.

Otoritas kesehatan Gaza mendesak organisasi internasional dan lembaga terkait untuk segera menekan Israel agar mengizinkan masuknya vaksin serta menjamin distribusi yang aman ke wilayah tersebut.

Dalam pernyataan terpisah, Yousef Abu al-Rish pejabat kesehatan Gaza, menggambarkan kondisi kesehatan dan kemanusiaan di Gaza sebagai “berbahaya dan sangat buruk.”

“Sebanyak 52 anak telah meninggal akibat malanutrisi selama perang berlangsung. Tanpa intervensi cepat, lebih banyak nyawa akan terancam,” ujarnya.

Abu al-Rish juga mengungkapkan bahwa 59 persen obat-obatan esensial dan 37 persen pasokan medis kini tidak tersedia. Ia menekankan perlunya pasokan oksigen untuk menunjang layanan medis bagi pasien dan korban luka.

Ia menambahkan, sekitar 13.000 pasien di Gaza membutuhkan perawatan di luar wilayah tersebut, sementara pembatasan masuknya bahan makanan memperburuk krisis malanutrisi dan meningkatkan risiko kematian anak. (ant/bel/bil/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Kamis, 10 April 2025
27o
Kurs