Sebagai bagian dari tradisi melestarikan kearifan lokal, Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo menggelar acara ruwat dusun pada Sabtu (8/2/2025).
Akhmad Awaluddin Kepala Desa Kebonagung menjelaskan, kegiatan ini sudah menjadi tradisi rutin tahunan di desa yang berada di wilayah barat kota Sidoarjo ini.
Bertujuan melestarikan kearifan lokal, penghormatan kepada leluhur, sekaligus sebagai simbol wujud syukur masyarakat Desa Kebonagung atas segala kenikmatan, keberkahan, dan keselamatan yang diberikan Tuhan.
“Ruwat dusun di Kebonagung ini sudah menjadi kegiatan turun temurun sejak puluhan tahun yang lalu. Selalu diadakan setiap tahun. Akan tetapi, sejak dua tahun lalu, panitia atau tuan rumahnya bergiliran. Untuk pelaksanaan tahun ini, tuan rumah dipercayakan kepada RW 08 Perumahan Griya Kebonagung GKA I,” katanya Awaluddin.
Ruwat dusun tahun ini, menurutnya, sebagai momentum penting untuk menyatukan masyarakat desa, baik yang berada di perumahan yang mayoritas pendatang, atau penduduk asli Kebon agung.
Sehingga diharapkan ruwat dusun ini bisa menjadi wadah menyatukan visi dan misi secara bersama-sama untuk membangun desa Kebonagung agar lebih baik kedepannya.
“Tak ada sekat atau pembeda yang terjadi di antara masyarakat Kebonagung. Dengan ruwat desa ini, masyarakat desa diharapkan selalu di beri kesehatan, keselamatan, dan keberkahan yang hakiki. Selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT,” terangnya kepada suarasurabaya.net.
Ruwat dusun ini, kata Awaluddin, juga memiliki arti yang sangat luas. Memelihara dan mensyukuri atas nikmat yang diberikan Tuhan.
“Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan di ruwat dusun tahun ini. Mulai dari khotmil Qur’an yang dimulai ba’da subuh, bazar UMKM, gelar budaya dengan menampilkan drumband SMK YPM 8 Sidoarjo, musik patrol, pengajian umum serta gema Sholawat dari grup Jannur 19 dan Al-Qoshro,” kata Abdul Kholiq ketua panitia.
Lewat ruwat dusun ini ia harap bisa memberi edukasi dan nilai positif untuk seluruh masyarakat. Terutama generasi muda, tentang arti tradisi atau kearifan lokal yang sudah dilakukan turun temurun. Mengingatkan pada leluhur.
“Ruwat dusun diharapkan tidak hanya berdampak positif pada ekonomi kemasyarakatan lewat bazar UMKM saja. Melainkan di dalamnya juga mengandung makna religius, sekaligus wujud harmonisasi antara perangkat desa dan masyarakatnya,” terang Kholiq. (bud/saf/faz)