Kamis, 30 Januari 2025

Lesbumi PWNU Jatim Tekankan Pentingnya Nilai Sufistik dalam Muktamar Kebudayaan Nusantara 2025

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Riadi Ngasiran Ketua Lesbumi PWNU Jatim. Foto: Istmewa.

Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PWNU Jawa Timur menyambut antusias pelaksanaan Lokakarya Pra-Muktamar Kebudayaan Nusantara 2025 yang berlangsung di Wonopringgo, Pekalongan, Jawa Tengah, 28-29 Januari 2025.

Kegiatan itu menjadi bagian dari persiapan menyongsong Muktamar Kebudayaan Nusantara 2025 yang akan diselenggarakan oleh Lesbumi PBNU.

Riadi Ngasiran Ketua Lesbumi PWNU Jatim menekankan pentingnya menggali dan mempertimbangkan tradisi estetika Nusantara yang berakar pada nilai-nilai sufistik.

“Kita bisa menilik kembali karya-karya sastra, suluk hingga puisi sebagai ekspresi yang telah berurat-berakar di bumi Nusantara. Suluk Wijil Sunan Bonang, Tetembangan Sunan Kalijaga, hingga perdebatan Hamzah Fansuri dan Abdurrauf Singkily, terkait pelbagai ekspresi spiritual. Semuanya berakar pada nilai-nilai sufistik,” ujarnya, Rabu (29/1/2025).

Riadi yang saat ini berada di Turki untuk melakukan rihlah ilmiyah di negeri penyair sufi Maulana Jalaluddin Rumi, juga menyambut baik digelarnya Muktamar Kebudayaan Nusantara 2025 oleh Lesbumi PBNU.

Dia mengingatkan, lembaga kebudayaan NU lebih memperhatikan ekspresi seni masyarakat yang berakar pada tradisi sufistik.

“Memang di masa lalu seni menjadi daya dorong untuk menarik perhatian masyarakat secara luas dalam mengembangkan dakwah. Namun, kini seni bisa menjadi wasilah untuk lebih mengajarkan pada nilai-nilai kebaikan dan menyebarkan di bumi,” tuturnya.

Sebagai seniman muslim, Riadi menekankan pentingnya menghasilkan karya sastra dan seni yang bersifat transenden, dengan penekanan pada kesadaran religiusitas.

Dia menilai, seni tradisional di masyarakat tetap mendapat dukungan. Sehingga, memungkinkan kesenian tersebut terus hidup dan menjadi ruang ekspresi meskipun di tengah perubahan zaman.

Riadi juga menekankan, kebudayaan menjadi pengikat dan perekat bagi masyarakat, terutama umat Islam, dari pengaruh informasi dan paham yang dapat menjauhkan mereka dari akar sejarah dan budaya mereka.

“Bila politik cenderung memisah maka Kebudayaan menjadi perekatnya,” tuturnya.

Mengutip pesan dari Kiai Hasyim Asy’ari, Riadi mengingatkan pentingnya menjaga persatuan di tengah perubahan dan kemajuan.

“Kita harus selalu mengingat pesan Kiai Hasyim Asy’ari tentang pentingnya menjaga keutuhan dan persatuan, karena seperti yang beliau sampaikan dalam Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, ‘Kuasa Allah bersama jamaah (persatuan). Berpisah dari jamaah adalah pintu masuk bagi setan seperti serigala yang memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya.'”

Lebih lanjut, Riadi menegaskan Lesbumi Nahdlatul Ulama memiliki tugas besar untuk menjaga nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan mengembangkan kebudayaan Nusantara yang khas, yang menyejukkan dan membahagiakan masyarakat. (ham/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Kamis, 30 Januari 2025
26o
Kurs