Selasa, 11 Februari 2025

Kemdiktisaintek Kembangkan Industrialisasi Desa untuk Bantu Program MBG

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Fauzan Adziman Dirjen Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek. Foto: Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Fauzan Adziman Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan industrialisasi desa untuk membantu program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Hal ini disampaikan Fauzan karena sejauh ini program MBG masih dominan menggunakan produk impor

Menurut dia, saat ini dari Universitas telah banyak melakukan riset soal program MBG ini, dan koordinasi dengan Setwapres terus dilakukan.

“Karena MBG program baru, dari Universitas sudah banyak terkait riset. Tinggal sekarang yang kita lakukan adalah menghubungkan dengan keperluan dari tim MBG itu sendiri.
Jadi Pertemuan terkait ini sudah berlangsung. Sementara waktu ini masih dikoordinasikan dengan tim Setwapres,” ujar Fauzan dalam acara Ngopi Bareng Kemdiktisaintek, Selasa (11/2/2025) di Jakarta.

Dirjen Risbang juga mengaku sudah mengunjungi tim Setwapres berhubungan dengan tim MBG. Salah satu program yang ingin dikembangkan adalah industrialisasi desa.

“Karena program MBG ini sebetulnya memerlukan alat-alat penyimpanan makanan dan pengolahan makanan. Ini juga sangat penting karena biasanya alat-alat ini kita suplai dari luar negeri,” jelasnya.

Fauzan menjelaskan, komponen-komponen untuk mesin-mesin atau juga alat-alat di dapur sudah mulai diidentifikasi, termasuk membuatkan program yang tidak hanya di Perguruan Tinggi (PT) tapi juga Perguruan Tinggi vokasi.

Sehingga, lanjut Fauzan, nantinya bisa dikembangkan kerjasama antara PT, PT Vokasi dan UMKM.

“Jadi UMKM kita tingkatkan nilai tambah kualitasnya supaya nanti bisa menghasilkan alat-alat sesuai standar yang dibutuhkan,” terangnya.

Sementara, kalau dari sisi suplai, kata dia, jumlahnya besar. Sehingga saat pembahasan dengan Kemenko pangan, terlihat dari sisi komoditas yang jadi tantangan adalah logistik.

“Jadi sekarang kita mengembangkan sistem pertanian kluster, jadi kluster ini kita melihat di daerah mana, kemudian memerlukan apa, lalu kita lakukan pendampingan dibantu kampus-kampus,” katanya.

“Jadi fungsi dari kampus adalah meningkatkan pendampingan di pertanian atau perkebunan. Sehingga solusi yang dibuat secara lokal itu bisa mengatasi masalah-masalah atau distribusi di desa-desa. Misalnya pengolahan susu, kalau susu UHT (ultra high temperature) mahal, kita lagi cari cara tiap desa bisa memproses susu dengan alat yang dikembangkan di desa tersebut,” imbuhnya.

Kata Fauzan, ini sangat baik, dimana distribusi bisa terbantu kalau universitas bisa membantu suplai komponen itu.

Selain itu, lanjut Fauzan, pihaknya sedang mengembangkan dalam MBG ini adalah bagaimana mengukur kondisi anak memakai teknologi pengukuran, yaitu sebelum MBG dan sesudah MBG.

“Misalnya anak, sebelum makan MBG gimana? Kita tahu program ini berhasil, berarti harus ada pengukuran. Bisa dari sisi anak, tapi juga sekarang ada program kecerdasan buatan. Bisa lihat tubuh seseorang, berikan info secara berkala terkait anak sebelum dan sesudah MBG yang nanti berkelanjutan,” pungkas Fauzan. (faz/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Selasa, 11 Februari 2025
28o
Kurs