
Lomba fashion show pada acara QRIS Bank Jatim Ramadan Vaganza 2025 tidak hanya menampilkan model yang menawan di atas panggung, tetapi juga menampilkan koreografi.
Koreografi itu dipandu oleh Kani Praya selaku fashion choreographer. Dia menggeluti fashion choreographer sejak tahun 2002.
“Fashion choreographer itu yang menata model kamu harus jalan ke mana terus menyesuaikan jalannya dengan look baju yang ditampilkan,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Rabu (19/3/2025).
Fashion Coreographer bertugas membangun karakter dan emosi yang selaras dengan visi desainer.
“Misalnya, kalau pakai kebaya, model harus terlihat anggun. Kalau busana kasual, harus ceria. Kalau di lomba ini kan pakai baju muslim jadi harus anggun,” jelasnya.
Kani selaku Fashion choreographer yang juga bekerja sebagai ASN di Pemkot Surabaya menyebutkan, dia menciptakan model di atas panggung dengan berbagai penampilan sesuai dengan baju yang ditampilkan.
Peran koreografer, lanjut Kani, juga krusial dalam menjaga harmoni di atas panggung, terutama dalam ajang lomba seperti ini.
“Kalau lomba, blocking-nya harus seragam. Enggak bisa satu model ke depan, satu lagi ke samping, karena ada poin performa yang dinilai,” tuturnya.
Meski latihan untuk acara ini hanya berlangsung dua jam sehari sebelumnya, Kani optimistis para model mampu tampil maksimal berkat jam terbang mereka.
Menyajikan pengalaman visual yang tidak membosankan sekaligus memanjakan mata audiens adalah salah satu tujuan dari adanya fashion choreographer.
“Orang awam mungkin tahunya fashion show cuma jalan lurus tanpa ekspresi. Padahal, ada koreografi yang membangun karakter, supaya audiens bisa bilang, ‘Oh, kalau pakai baju ini ternyata begini caranya,” paparnya.
Dengan adanya kegiatan ini, Kani berharap Surabaya bisa menjadi barometer fashion, khususnya busana Islami, di Jawa Timur bahkan Indonesia.
“Saya ingin desainer muda dan senior bisa saling mengangkat, supaya kita punya potensi yang tak kalah dari Jakarta,” pungkasnya.(nis/ham/rid)