
Jepang dikenal sebagai negara yang rawan bencana, terutama gempa bumi. Letaknya yang berada di wilayah “Cincin Api Pasifik”—sabuk tektonik sepanjang 40.000 kilometer yang dipenuhi gunung berapi dan aktivitas seismik—membuat negeri matahari terbit ini tak pernah lepas dari risiko bencana.
Menurut Profesor Clive Oppenheimer dari Departemen Geografi Universitas Cambridge, Inggris, posisi geografis Jepang yang berada di atas pertemuan lempeng Pasifik, lempeng Laut Filipina, dan lempeng Eurasia membuatnya sangat aktif secara geologis. Akibatnya, Jepang rata-rata mengalami hampir 1.000 gempa bumi setiap tahun.
Berdasakan pengalaman penulis mengikuti program JENESYS ke Jepang beberapa waktu lalu, memperlihatkan bagaimana negara ini begitu serius dalam mitigasi bencana.
Sejak awal, peserta program ini dibekali buku panduan yang tidak hanya berisi informasi kegiatan, tetapi juga langkah-langkah yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi.
Saat menginap di Hotel East 21 Tokyo, setiap pemimpin kelompok diwajibkan mengikuti sosialisasi mitigasi bencana.
Bersama panitia dan staf hotel, para peserta diajak langsung mengecek pintu darurat, menelusuri jalur evakuasi, hingga mengetahui titik kumpul jika terjadi situasi darurat.
Yang menarik, prosedur serupa juga dijalankan meski kami berpindah ke kota kecil Takikawa, Hokkaido.
Di Hotel Miura Kaen, para pemimpin kelompok tetap diminta mengikuti simulasi evakuasi.
Meski saat itu hujan salju turun cukup deras dan waktu sudah malam, peserta tetap diajak keluar, menelusuri tumpukan salju, hanya untuk memastikan kami tahu di mana letak tangga darurat dan jalur penyelamatan.
Syukurlah, selama berada di Jepang tidak terjadi bencana apa pun. Namun pengalaman ini memberikan kesan yang kuat tentang bagaimana seharusnya kesiapsiagaan bencana dijalankan. Keteladanan Jepang dalam edukasi, perencanaan, dan kesigapan benar-benar patut dicontoh.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia—yang juga berada di wilayah “Cincin Api”?
Saat berkunjung ke tempat umum, apakah kita pernah memperhatikan di mana letak pintu darurat, tangga evakuasi, atau titik kumpul jika terjadi gempa atau kebakaran?
Mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau pengelola gedung, tapi juga kesadaran kita semua. (saf/ipg)