Rabu, 5 Februari 2025

Jadi Alternatif Menu MBG, Dosen Surabaya Sebut Protein Belalang-Ulat Sagu Lebih Tinggi dari Ayam-Daging Sapi

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ruth Chrisnasari dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya), Rabu (5/2/2025). Foto: Humas Ubaya

Badan Gizi Nasional (BGN) membuka peluang serangga jadi pilihan menu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di daerah-daerah tertentu.

Menanggapi itu, Ruth Chrisnasari Dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) menyebut, serangga salah satu contoh sumber protein ideal, karena bisa dibudidayakan dalam waktu singkat dan tidak memerlukan lahan luas.

Menurutnya, kadar protein serangga, seperti belalang dan ulat sagu justru lebih besar bisa sampai dua kali lipat dibandingkan pada daging ayam, sapi, dan babi.

“Serangga punya kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daging ayam, sapi dan babi. Daging konvensional mengandung kisaran 20 persen, sementara serangga seperti belalang dan ulat sagu memiliki kadar protein antara 28 hingga 44 persen,” katanya lewat keterangan pers, Rabu (5/2/2025).

Selain itu, belalang punya kandungan zat besi tinggi yang bagus untuk pertumbuhan anak.

“Kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi. Kaya akan mineral seperti zat besi, bisa membantu mengatasi defisiensi zat besi pada anak-anak,” tambahnya.

Belalang juga mengandung lemak total sekitar 42 hingga 55 persen yang bisa memberi rasa gurih alami jika diolah secara benar.

“Misalnya ulat sutra, diolah dengan cara dicuci terlebih dahulu. Bisa direbus dengan garam untuk menghilangkan potensi bahaya kuman. Bisa juga ditumis bersama sayur, dipanggang, atau digoreng. Sehingga, bentuknya lebih menarik ketimbang sebelum diolah,” jelasnya.

Selain serangga, Ruth menyebut alternatif sumber protein lain bisa diperoleh dari jamur seperti jamur tiram, jamur kuping, dan jamur kancing. Kadarnya setara protein hewani tapi lebih mudah diterima masyarakat dengan pengolahan sederhana.

“Jamur bisa dibudidayakan dengan mudah, seperti yang pernah dilakukan oleh Fakultas Teknobiologi Ubaya bersama kelompok masyarakat di Trawas, Jawa Timur. Olahannya juga mulai disukai berbagai kalangan usia, seperti digoreng, ditumis atau direbus dalam sup, lebih menyehatkan,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia mengingatkan pengolahan jamur harus lebih hati-hati kalau menggunakan minyak karena akan lebih banyak menyerap dibandingkan serangga.

Sebelumnya, Dadan Hindayana Kepala BGN menyatakan, serangga berpotensi jadi menu MBG di daerah tertentu, sesuai kebiasaan dan potensi sumber daya lokal.

Dadan menegaskan, tidak menetapkan menu standar dalam MBG, tapi memberi panduan komposisi gizi yang fleksibel, sesuai potensi lokal.(lta/ham/rid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Rabu, 5 Februari 2025
30o
Kurs