Selasa, 11 Februari 2025

Ikan-Ikan di Sungai Brantas Mati Akibat Pencemaran, Terancam Punah

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Beberapa ikan mati di daerah aliran sungai brantas yang berada di Mojokerto. Foto: Ecoton

Peneliti dan aktivis lingkungan dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan, serta komunitas penyayang ikan perairan nusantara (Kopipa) mengingatkan, pencemaran di sungai dapat mengakibatkan kepunahan ikan.

Jofan Ahmad dari Kopipa mengatakan sungai brantas yang merupakan sungai strategis nasional dan memiliki peran penting di wilayah Jatim itu sekarang kritis.

“Tapi kini kondisinya dalam keadaan kritis,” katanya kepada suarasurabaya.net pada Selasa (11/2/2025).

Ia menyebut, pencemaran sungai yang mengancam keberadaan ikan-ikan domestik harus mendapat perhatian serius. Ia mendorong pemerintah setempat memperketat pengawasan pencemaran akibat limbah industri, hingga sampai plastik.

“Butuh keadilan ekologis antar generasi. Pemerintah harus tindak tegas industri yang membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa diolah,” tegasnya.

Kurnia Rahmawati peneliti ikan dan kebudayaan Ecoton mengingatkan bahwa sungai mencerminkan identitas ekologi daerah melalui keberagaman ikan lokalnya.

“Seperti di Kediri ada Kecamatan Papar, namun sayangnya saat ini ikan papar atau belida hampir tidak pernah ditemukan kembali di sungai brantas. Ini sangat disayangkan karena secara tidak langsung maka daerah juga kehilangan jati diri atau identitias lokalnya,” katanya.

Ecoton dalam penelitiannya mencatat bahwa di sungai brantas hilir saat ini hanya tercatat 7 jenis ikan lokal. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yakni masih 13 jenis ikan lokal.

Lebih luas lagi, kata dia, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah China. Tetapi, Indonesia juga termasuk negara yang mengalami kepunahan ikan air tawar kedua terbesar di dunia setelah Filipina.

“Tentu ini akan menjadi ancaman bagi masyrakat karena ikan air tawar juga menjadi sumber protein utama bagi sebagian masyarakat,” ucapnya.

Dengan kondisi tersebut, ia menegaskan bahwa pemerintah harus segera mengambil tindakan, apalagi pencemaran sungai bukan hanya berdampak buruk pada ikan saja, tetapi juga masyarakat, terutama yang hidup di sekitar sungai.

“Polusi di Sungai Brantas berpengaruh langsung pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Jika ini dibiarkan bukan hanya ikan yang punah, tetapi sumber mata pencaharian ribuan nelayan dan petani juga terancam hilang” ucapnya.

Prigi Arisandi peneliti ikan Sungai Brantas yang juga Founder Ecoton menambahkan, di Sungai Brantas juga terdeteksi ketidakseimbangan rasio jenis kelamin ikan, yakni 32 persen ikan jantan dan 68 persen ikan betina.

Ketimpangan itu, kata dia, mengindikasikan adanya gangguan hormon. Kondisi tersebut bisa disebabkan karena paparan limbah industri dan domestik yang mengandung bahan kimia tergolong EDC pemicu intersex pada ikan.

“Jika terus berlanjut, populasi ikan dapat terganggu dan mengancam ekosistem sungai secara keseluruhan,” tukasnya.

Sebelumnya, sebagai respons atas masalah itu, kolaborasi peneliti dan aktivis lingkungan itu juga telah melakukan aksi menuntut Pemerintah Provinsi Jatim mengatasi permasalahan sungai tercemar hingga ancaman kepunahan ikan lokal. (ris/lta/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Selasa, 11 Februari 2025
31o
Kurs