
Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tercatat beberapa kali mengalami erupsi dengan tinggi letusan hingga 1 kilometer di atas puncak pada Kamis (20/2/2025).
Erupsi pertama terjadi pada pukul 05.44 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1 kilometer di atas puncak atau 4.676 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah tenggara dan selatan. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 160 detik,” kata Mukdas Sofian Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Kamis (20/2/2025).
Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada pukul 06.26 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak atau 4.476 mdpl. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur dan tenggara, serta terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 160 detik.
Kemudian, pada pukul 07.13 WIB, Gunung Semeru erupsi kembali dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1000 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur dan tenggara. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 134 detik.
Selanjutnya, pukul 09.55 WIB terjadi erupsi kembali, namun visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut dan erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 121 detik.
Gunung Semeru kembali mengalami erupsi pada pukul 10.32 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur dan tenggara. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 113 detik.
“Terjadi erupsi kembali pada pukul 11.31 WIB. Visual letusan tidak teramati dan erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 115 detik,” katanya dilansir Antara.
Gunung Semeru masih berstatus waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, lanjut dia, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
“Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” katanya.
Selain itu, kata dia, masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. (ant/dra/ipg)