
Tony Wenas Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) menyampaikan hasil investigasi ihwal kebakaran smelter PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Ia menyatakan kebakaran ini tidak diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan pekerja.
“Bareskrim (Polri) menyatakan bahwa kejadian kebakaran tersebut adalah bukan karena kelalaian atau kealpaan atau kesalahan dari pekerja,” ujar Tony dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR di Jakarta pada Rabu (19/2/2025).
Meskipun demikian, Tony tidak menjelaskan lebih lanjut ihwal penyebab dari kebakaran smelter itu. Kebakaran terjadi di area pabrik pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia, Gresik pada 14 Oktober 2024 pukul 17.45 WIB.
Api pertama kali terdeteksi oleh teknisi listrik PT Chiyoda International Indonesia di WESP Stage 1C. Setelahnya, api membesar disertai ledakan, sehingga dilakukan pemadaman oleh Emergency Response Team (ERT).
Pemadaman dilakukan dengan bantuan pihak eksternal hingga api padam total pada pukul 22.16 WIB. “Api berhasil kami padamkan dalam waktu kira-kira 4 jam,” ujar Tony dilansir dari Antara.
Akibatnya, seluruh komponen material WESP mengalami kerusakan berat dan tidak dapat dioperasikan.
Atas kejadian tersebut, sesuai kriteria yang ditetapkan pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik, kebakaran itu dikategorikan sebagai “Kejadian Berbahaya”.
Berbagai upaya untuk memperbaiki smelter pun dilakukan oleh PTFI, meliputi demolition, pembelian peralatan untuk perbaikan, hingga persiapan konstruksi atau instalasi alat-alat.
“Sekarang tengah berlangsung di saat yang bersamaan, beberapa peralatan sudah ada yang selesai dipasang dan pertengahan Maret itu akan kita mulai testing, commissioning dari beberapa peralatan,” kata dia.
Lebih lanjut pada pekan lalu, Tony menyampaikan 3 Boeing 747 kargo yang memuat peralatan tiba di Surabaya.
“Peralatannya sekitar 30 ton lebih dan juga ada pesawat Antonov yang kami sewa juga untuk sudah tiba di Surabaya membawa peralatan,” kata Tony.
Tony menegaskan bahwa hal tersebut menunjukkan Freeport serius ingin memperbaiki smelter dengan segera.
“Agar cepat selesai. Kalau kita angkut naik kapal laut akan lama sekali, sehingga kita bawa peralatannya dengan menggunakan pesawat terbang,” kata dia.
Tony menyampaikan Freeport berencana untuk menguji coba (testing) atau commissioning dan pre-commissioning dari fasilitas perbaikan tersebut.
Uji coba akan dimulai pada pertengahan Maret sampai dengan minggu ketiga bulan Juni.
“Jadi kami sangat yakin sekali kami bisa menyelesaikan semuanya di minggu ketiga bulan Juni dan mulai bisa ramp up produksi di minggu keempat bulan Juni sebesar dengan kapasitas masih 40 persen,” kata Tony. (ant/saf/ipg)