
Video yang viral mengenai fenomena hujan berbentuk seperti butiran jelly atau agar-agar di Desa Leyao, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada Sabtu (15/2/2025) dipastikan hoaks.
Berdasarkan penelusuran Antara, muncul sebuah video klarifikasi yang diunggah di Facebook pada Selasa (18/2/2025).
Dalam video melalui akun Santi Malahedi itu, terlihat dua perempuan menyampaikan klarifikasi bahwa fenomena hujan jelly yang terjadi di Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara itu sebenarnya berasal dari mainan anak-anak.
“Kami ingin mengklarifikasi kesalahpahaman terkait hujan jelly di Desa Leyao, Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara. Kami mohon maaf atas siaran langsung yang kami lakukan semalam, yang telah menimbulkan kegaduhan. Kami tidak berniat menyebarkan berita hoaks,” ujar kedua perempuan itu pada awal video.
Mereka menjelaskan bahwa awalnya juga terkejut saat melihat butiran jelly muncul setelah hujan turun dan langsung melakukan live di media sosial.
Hal itu membuat kehebohan di media sosial dan juga masyarakat Gorontalo. Namun setelah ditelusuri lebih, diketahui bahwa butiran tersebut berasal dari serbuk mainan anak-anak yang berubah menjadi agar-agar saat terkena air.
“Anak-anak itu bermain dengan serbuk tersebut pada siang hari sebelum hujan turun, dan kejadian hujan jelly terjadi pada malam harinya. Beberapa saat setelah hujan turun, serbuk-serbuk permainan anak-anak itu berubah menjadi jelly. Karena itulah kami warga Desa Leyao awalnya mengira telah terjadi hujan jelly, padahal kenyataannya bukan. Maka dari itu, saya memohon maaf sebesar-besarnya atas video yang sempat tersebar sebelumnya,” jelas salah seorang perempuan yang bernama Santi tersebut.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak awal meragukan kebenaran informasi terkait fenomena hujan jelly.
Namun demikian, Naufal Pramudya Irawan Prakirawan Stamet Djalaluddin Gorontalo, menjelaskan bahwa fenomena serupa bisa disebabkan oleh partikel gelatin dari hewan laut, material yang terbawa angin kencang, atau pencemaran lingkungan.
Namun, BMKG meragukan klaim hujan jelly sebagai fenomena alam, karena kasus seperti ini sangat jarang terjadi.
Hal ini menegaskan pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya di media sosial untuk mencegah kesalahpahaman dan hoaks. (ant/saf/ipg)