![](https://www.suarasurabaya.net/wp-content/uploads/2024/08/62847007e9abb873353441-170x110.jpg)
Fauzan Adziman Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potongan dana riset.
Fauzan menekankan pentingnya dana riset pendidikan yang cukup untuk mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.
Meskipun pihaknya turut mendukung proses efisiensi anggaran, namun ia menekankan agar dana riset tidak dipotong lebih jauh lagi, karena dapat berdampak buruk terhadap dunia riset dan inovasi pendidikan.
Fauzan menuturkan bahwa berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, riset pendidikan harus mendapatkan porsi sebesar 30 persen dari total anggaran penelitian. Meskipun dana riset yang ada saat ini tergolong kecil, pihaknya berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada pemotongan lebih lanjut.
“Memang dana riset kita ini kalau dari sisi APBN itu kecil. Jadi, jika total anggaran kementerian kita sebesar 57 triliun, dana untuk riset kita hanya sekitar 1,2 triliun, yang jelas sangat kecil,” jelas Fauzan dalam keterangannya di kantor Kemdiktisaintek, Selasa (11/2/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa meskipun dana riset terbatas, pihaknya berusaha untuk merasionalisasi anggaran agar potongan terhadap dana riset tetap seminimal mungkin.
Ia menambahkan bahwa meskipun dana yang tersedia kecil, Kemdiktisaintek sudah memaksimalkan proses pendanaan riset.
“Tahun 2024, dari jumlah proposal yang masuk, kami hanya mampu mendanai 7 persen saja dari total dana sekitar Rp1,2 triliun. Bayangkan kalau dana riset dipotong lebih kecil lagi, hanya 7 persen yang bisa kami danai,” ujarnya dengan cemas.
Fauzan menegaskan bahwa ini adalah tantangan besar yang perlu diperhatikan oleh pihak pemerintah, khususnya dalam sektor pendidikan dan riset. Keterbatasan dana yang ada dapat menghambat potensi riset yang sangat diperlukan untuk inovasi dan pengembangan pendidikan di tanah air.
Oleh karena itu, Dirjen Risbang mengusulkan agar dana riset pendidikan tidak dipotong, mengingat pentingnya investasi dalam riset untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Ia juga mengharapkan agar keputusan-keputusan terkait anggaran dapat mempertimbangkan dampak terhadap kualitas riset yang berdampak langsung pada pengembangan pendidikan di masa depan.
“Kami sudah menyertakan data dan terus berupaya membangun dialog. Untuk dana pendidikan, sebaiknya tidak dipotong lebih jauh lagi, karena ini akan sangat mempengaruhi hasil riset dan kualitas pendidikan kita,” tegas Fauzan Adziman. (faz/iss)