
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Jawa Timur menggelar penyelidikan epidemiologi (PE) menyusul meninggalnya seorang pelajar sekolah dasar (SD) di Desa Ketanon Kecamatan Kedungwaru, akibat dengue shock syndrome (DSS) yang dipicu demam berdarah dengue (DBD).
Nurul Kusumaningrum Koordinator Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2PTVZ) Dinkes Tulungagung di Tulungagung Kamis (20/2/2025), menjelaskan bahwa PE dilakukan untuk menelusuri penyebaran penyakit serta faktor risiko di lingkungan tempat tinggal dan sekolah korban.
“Penyelidikan dilakukan di tiga lokasi, yaitu rumah sakit tempat korban dirawat, rumah korban, dan sekolahnya,” kata Nurul, dilansir Antara.
Berdasarkan hasil PE, korban mengalami demam sejak Senin (10/2/2025) dan hanya dirawat di rumah karena dianggap sakit biasa.
Kondisinya memburuk hingga akhirnya dibawa ke RS swasta pada Senin (17/2/2025) dan didiagnosis DBD.
Korban meninggal dunia akibat DSS yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
Dinkes juga melakukan pemeriksaan terhadap vektor nyamuk Aedes aegypti dalam radius 100 meter dari rumah dan sekolah korban.
Hasilnya, ditemukan jentik nyamuk di beberapa lokasi, termasuk kamar mandi rumah dan pekarangan sekitar.
“Setelah menemukan vektor penyebab DBD, kami langsung melakukan pengendalian dengan pemberian abate serta menjadwalkan fogging di lingkungan rumah dan sekolah korban,” jelasnya.
Dinkes mencatat 54 kasus DBD di Tulungagung selama Februari 2025, dengan satu kasus kematian.
Nurul mengingatkan masyarakat untuk aktif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) guna mencegah penyebaran DBD.
“Fogging tidak akan efektif tanpa PSN. Pencegahan utama tetap dengan menjaga kebersihan lingkungan agar nyamuk tidak berkembang biak,” katanya. (ant/bel/kir/ipg)