Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) terus mempercepat vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menyusul ditutupnya tiga pasar hewan di Jatim, akibat penyakit yang menyerang hewan ternak berkuku dua tersebut.
Indyah Aryani Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Jatim mengatakan, pihaknya sudah melakukan vaksinasi terhadap 10,4 juta hewan ternak untuk mencegah penularan.
“Kita sudah lakukan vaksinasi yang pertama untuk ternak rentan kita kurang lebih 10,4 juta, karena banyak sekali daerah Jawa Timur ini. Kita sudah lakukan vaksinasi pertama, kedua, dan ada yang booster,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (10/1/2025) pagi.
Ia menjelaskan menjelaskan virus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merebak di Jatim mulai Desember lalu, salah satunya dipengaruhi pancaroba. Menurutnya, kondisi hewan ternak hampir sama dengan manusia dalam menghadapi perubahan cuaca.
Karenanya, Indyah menjelaskan bahwa vaksinasi terus dilakukan karena ternak yang sudah divaksin juga membutuhkan booster setiap enam bulan untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Vaksinasi dilakukan untuk mencegah munculnya kembali virus di tubuh ternak yang sembuh tetapi masih bisa menjadi carrier. Selain itu, langkah pengobatan diterapkan bagi ternak yang terinfeksi.
“Untuk ternak yang sakit, kita obati dengan antibiotik, antipiretik, analgesik, dan vitamin. Dan yang paling penting, ternak yang sakit harus diisolasi supaya tidak menular ke yang lain,” lanjut Indyah.
Sementara terkait tiga pasar hewan di Kabupaten Ponorogo, Kediri, dan Tulungagung yang ditutup sementara buntut melonjaknya kasus PMK, Kadisnak Jatim itu mengatakan langkah ini diambil sebagai bentuk pencegahan.
Tujuannya agar ternak yang ada di pasar tidak terpapar virus dari ternak yang terinfeksi. Penutupan sementara ini juga bertujuan menjaga populasi ternak tetap sehat, mengingat penyebaran PMK sangat cepat dan bisa berdampak buruk pada ekonomi peternak.
“Lebih baik kami tutup sementara daripada kasusnya menyebar. Kalau penularannya semakin meluas, sapi-sapi bisa terancam, harga ternak bisa jatuh, dan ini tentunya merugikan para peternak,” ungkap Indyah.
Indyah juga mengimbau peternak untuk memperketat biosekuriti di kandang. Penyemprotan desinfektan harus dilakukan rutin, dan jangan sembarangan memasukkan orang ke kandang tanpa disinfektan. Apalagi dari pasar hewan, karena bisa jadi agen penular virus.
Selain itu, ia juga mengingatkan agar peternak tidak panik dan terburu-buru menjual ternak mereka. “Jangan buru-buru jual ternak yang sakit. Kita obati dan vaksinasi, Insya Allah bisa sembuh,” tutupnya. (bil/ipg)