Suko Widodo anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur (Jatim) menekankan pentingnya siswa tetap melakukan kegiatan produktif selama bulan puasa, meski libur sekolah.
Hal itu dikatakan setelah pemerintah resmi menerbitkan Surat Edaran (SE) Tiga Menteri terkait libur sekolah pada bulan Ramadan 2025, yang mana isi edaran tersebut salah satunya mengatur pembelajaran secara mandiri.
“Prinsip utama adalah anak-anak jangan berhenti belajar. Bahwa kemudian dia harus tidak sekolah karena puasa, toh sebetulnya pendidikan bisa dilakukan di rumah dengan metode tertentu,” katanya di Surabaya pada Selasa (21/1/2025).
Salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian, kata dia, yakni dampak dari penggunaan gadget secara berlebihan.
Ia menekankan perlunya menghindari distrasi agar anak-anak tetap fokus menjalani kegiatan selama bulan ramadan. “Itu adalah sesuatu yang membuat anak tidak fokus, perhatiannya teralihkan,” ucapnya.
Dalam beberapa kesempatan, ia juga melayangkan kritik terhadap penggunaan gadget yang berlebihan dalam proses belajar mengajar, karena hal tersebut bisa berdampak pada aktivitas yang kurang produktif.
Berkaca dari beberapa negara di dunia dalam melangsungkan pendidikan, ia mengungkapkan bahwa saat ini perlu juga untuk kembali belajar dengan metode menulis, “back to pan” dan “back to paper”.
Metode itu disebut sering dianggap kuno. Tetapi metode belajar dengan menulis tangan merupakan cara yang bisa membangkitkan sistem saraf otak dan meningkatkan imajinasi seseorang.
“Otomais ketika dia belajar menulis dengan tangan, dengan pulpen, maka dia bisa merasakan dan punya imajinasi, bisa bentuk pikiran dan karakternya,” ujarnya.
Ia menegaskan, dirinya tidak anti teknologi informasi, tetapi akan memiliki dampak yang bagus jika siswa kembali diberi tugas dengan metode pembelajaran seperti itu.
“Membangkitkan untuk punya energi, menghasilkan pengetahuan baru, pengalaman baru bagi siswa,” ucapnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar selama libur ramadan, siswa diberikan tugas yang melibatkan aktivitas fisik dan intelektual yang lebih mendalam. Misalnya, siswa bisa mencatat kegiatan mereka selama berpuasa, seperti salat subuh maupun beramal.
Selain itu, ia juga menyarankan agar anak-anak juga lebih banyak berinteraksi langsung dengan keluarga atau teman-temannya di masjid. Langkah itu juga bisa mengurangi penghargaan gadget selama liburan.
Untuk mewujudkan upaya itu, ia berharap insan pendidikan juga mendukung pengurangan gadget dan melibatkan siswa dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan meningkatkan kemampuannya.
“Jangan dibiasakan sedikit-sedikit menggunakan gadget. Siswa-siswa SD bisa berinteraksi dengan temannya di surau atau masjid, atau bersama keluarganya, itu jauh lebih indah,” pungkasnya. (ris/saf/ipg)