![](https://www.suarasurabaya.net/wp-content/uploads/2023/07/WhatsApp-Image-2023-07-17-at-5.33.58-PM-170x110.jpeg)
Dalam perayaan Hari Kanker Sedunia, dr. Desak Gede Agung Suprabawati spesialis bedah onkologi mengatakan bahwa deteksi dini kanker payudara juga bisa dilakukan mandiri, dengan mengenali beberapa tanda-tandanya.
Menurut Desak gerakan periksa payudara sendiri atau SADARI, memang digaungkan untuk para wanita karena mereka lah yang paling mengenal dirinya sendiri.
“Biasanya wanita ini paling tahu kalau ada perbedaan dari tubuhnya. Dengan melakukan SADARI setiap bulannya, jika ada perbedaan dari periode sebelumnya, maka dia bisa segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” katanya, Sabtu (15/2/2025).
Idealnya SADARI dilakukan tiap bulan dengan jangka waktu seminggu setelah menstruasi, untuk yang belum menopause. Sementara utnuk yang sudah menopause, ditetapkan tanggal pasti setiap bulan.
Desak menerangkan, SADARI merupakan program internasional yang mengharapkan perempuan rutin melakukan skrining kesehatan payudara.
“Kalau masih di bawah 40 tahun dan tidak ada benjolan, SADARI dan SADANIS sudah cukup. Tapi kalau perempuan di atas 40 tahun harus sudah melakukan mamografi,” ungkapnya.
Melakukan pemeriksaan dini, kata Desak, untuk mengetahui apakah di dalam payudara muncul tumor yang berpotensi menjadi kanker.
“Jadi kalau benjolan di payudara itu kadang bukan berarti langsung kanker. Kadang juga tumor jinak. Nah, kalau masih tumor jinak dan sudah terdeteksi, ini penyembuhannya akan lebih mudah,” jelasnya.
Sementara itu, untuk melakukan SADARI, Desak menyebut ada dua metode. Pertama dengan berdiri tegak di depan cermin atau berbaring. Dengan berdiri tegak di depan cermin, lanjut Desak, wanita bisa melihat apakah ada perbedaan bentuk dari payudara.
“Kemudian dilihat apakah ada puting yang tertarik ke dalam, benjol di kulit, pori-pori payudara seperti kulit jeruk, atau di daerah putih seperti ada eksim. Itu inspeksi yang dilakukan dalam posisi tegak,” tuturnya.
Sementara yang kedua, yakni dalam posisi berbaring. Menurut Desak, bisa dilakukan perabaan atau palpasi dengan menggunakan tiga jari.
“Jadi tiga jari itu digunakan untuk meraba area payudara secara sirkular atau berputar searah jarum jam dan dilakukan perlahan,” katanya.
Setelah itu, pijat juga area puting susu untuk memastikan apakah keluar cairan berupa darah, nanah atau asi.(kir/bil/ipg)