Kombes Pol Shinto Silitonga Atase Polri KBRI Berlin, mengingatkan masyarakat Indonesia, khususnya pelajar dan mahasiswa yang tertarik melanjutkan studi atau magang di luar negeri, supaya berhati-hati terhadap agen-agen ilegal yang menawarkan program dengan janji manis, terutama di Eropa.
Dalam webinar bertajuk “Cegah Penipuan Berkedok Studi dan Magang di Eropa”, yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju (PERINMA) pada Rabu (29/1/2025), Kombes Shinto menjelaskan bahwa banyak kasus penipuan berkedok program ausbildung (sekolah vokasi) di Jerman yang mengeksploitasi mahasiswa asal Indonesia.
“Kami melihat bonus demografi Indonesia sering dimanfaatkan oleh agen-agen tidak bertanggung jawab yang merekrut tamatan SMA dan SMK dari Indonesia untuk mengikuti program ausbildung di Jerman. Namun, banyak dari mereka yang tereksploitasi, bekerja di sektor kasar dengan kondisi yang jauh dari janji awal,” ujar Kombes Shinto.
Shinto juga menyampaikan bahwa korban sering kali dihadapkan pada kondisi kerja yang sangat berat dan tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Selain itu, mereka juga dikenakan biaya besar yang dipotong langsung dari gaji, sehingga korban kerap berada dalam situasi keuangan yang sulit.
Ia meyakini bahwa banyak kasus serupa yang belum terungkap atau hanya muncul di permukaan, menggambarkan fenomena ini sebagai gunung es. Kombes Shinto mengimbau masyarakat dan komunitas Indonesia di luar negeri untuk lebih waspada dan secara bersama-sama membangun kepedulian terhadap isu ini.
“Edukasi dan sosialisasi yang meluas sangat penting untuk menyeimbangkan informasi yang keliru dari para agen atau pelaku rekrutmen ilegal ini,” katanya.
Selain upaya preemtif, Shinto juga menekankan pentingnya tindakan preventif untuk mencegah aktivitas rekrutmen ilegal. Ia mengajak korban dan komunitas diaspora di Eropa untuk segera melaporkan tindakan penipuan ini kepada pihak berwenang.
“Kami siap memberikan bantuan hukum, baik dengan menggunakan hukum lokal di Eropa maupun hukum di Indonesia. Melalui tindakan pidana dan perdata, kita harap bisa memberikan efek jera kepada para pelaku,” tegasnya.
Lebih lanjut, Shinto juga membahas pentingnya meninjau kembali panduan terkait program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), agar mahasiswa memahami dengan jelas maksud dan tujuan dari program magang tersebut.
Ia merasa prihatin melihat banyak korban yang merasa puas hanya karena mendapatkan upah yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan di Indonesia, meskipun mereka tereksploitasi.
Rizal Tirta Ketua Umum PERINMA pada kesempatan sama mengingatkan agar masyarakat lebih waspada terhadap agen-agen ilegal dan berperan aktif dalam mencegah terjadinya korban baru.
“Tugas kita bukanlah menangkap dan mengadili agen-agen tersebut, melainkan menjaga agar jangan sampai jatuh korban baru. Ruang gerak agen ilegal harus dipersempit,” tegas Rizal. (bil/ipg)