Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko Infra) menekankan pentingnya penanganan penurunan muka tanah (land subsidence) di kawasan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa.
Menko Infra dalam jumpa pers seusai rapat terbatas bersama lima kementerian jajarannya, di Jakarta, Rabu (8/1/2025), menjelaskan bahwa penurunan muka tanah yang terjadi di wilayah tersebut disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebihan oleh penduduk, terutama di Jakarta, yang mencapai jutaan jiwa.
“Kami mencoba untuk mengurangi dampak ‘land subsidence‘ akibat disedotnya air dalam tanah secara berlebihan oleh jutaan penduduk Jakarta,” kata AHY dikutip dari Antara, Kamis (9/1/2025).
Upaya untuk mengatasi masalah ini, lanjutnya, termasuk mengurangi dampak dari penggunaan air tanah secara berlebihan dengan menyediakan pasokan air bersih dari berbagai sumber, seperti Jatiluhur dan Karian.
Selain itu, pemerintah juga tengah berupaya untuk melakukan normalisasi terhadap 13 sungai yang ada di Jakarta guna mencegah dampak lebih lanjut akibat penurunan muka tanah dan banjir rob di kawasan tersebut.
Meski begitu, Menko AHY tidak menyebutkan secara rinci ke-13 sungai yang bakal dinormalisasi tersebut.
“Pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki sistem saluran air dan sistem drainase limbah (sewerage) yang ada di Jakarta, agar tidak terjadi permasalahan baru di masa depan,” ujar AHY dalam keterangannya.
AHY menambahkan, bahwa jika semua langkah mitigasi ini berhasil, pembangunan tanggul raksasa di kawasan pantai akan lebih efektif dan tidak menambah masalah baru bagi masyarakat.
Dengan langkah-langkah tersebut, pemerintah berharap dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dan mengurangi dampak penurunan muka tanah serta banjir rob yang merugikan banyak pihak, khususnya di Pantura.
“Jadi semuanya diperbaiki, ‘sewerage’ sistemnya juga diperbaiki sehingga pada saatnya ketika memang benar-benar sudah harus dibangun tanggul raksasa, ini juga sudah dibereskan masalah-masalah lainnya, sehingga tidak menimbulkan masalah baru,” kata AHY.
AHY tak merinci berapa laju penurunan permukaan tanah di Pantura Jawa saat ini.
Laju penurunan muka tanah di wilayah Pantura Jawa bervariasi antara satu hingga 20 sentimeter (cm) per tahun, tergantung pada lokasi spesifik, misalnya di Semarang, terjadi penurunan berkisar antara 12 cm per tahun, dengan rata-rata 5,6 cm per tahun.
Kemudian, di Pantura Jawa Tengah, terjadi penurunan antara 3-6 cm per tahun, dengan beberapa area mencapai satu cm per bulan. Bahkan, wilayah lain di pantura bisa antara lima hingga 20 cm per tahun. (ant/nis/saf/ipg)