Sebanyak 22 warga sipil tewas dan 124 lainnya terluka oleh tembakan tentara Israel saat mereka mencoba kembali ke wilayahnya di Lebanon Selatan pada, Minggu (26/1/2025).
Melansir Antara, kantor berita pemerintah Lebanon NNA sebelumnya melaporkan korban tewas ada 15 orang, dengan merinci tiga orang tewas di kota Aitaroun, tiga di Hula, empat di Markaba dan dua di Mays al-Jabal. Sementara satu korban tewas dilaporkan terjadi masing-masing di al-Adisa, Kfarkila dan Dahiras.
Media itu mengungkapkan bahwa korban ditembaki tentara Israel saat akan kembali ke wilayah mereka di Lebanon selatan.
Namun, tentara Israel berdalih bahwa tembakan tersebut untuk mencegah dan menghilangkan ancaman di beberapa wilayah di Lebanon selatan.
Sebuah pernyataan militer mengatakan bahwa beberapa tersangka ditangkap untuk diinterogasi, menambahkan bahwa pasukan Israel tetap dikerahkan di Lebanon selatan dan “beroperasi sesuai dengan pemahaman antara Israel dan Lebanon.”
Peningkatan ketegangan itu terjadi akibat tentara Israel yang bergeming di kawasan Lebanon setelah batas waktu 60 hari untuk penarikannya dari Lebanon selatan berakhir pada, Minggu (26/1/2025) kemarin.
Sementara itu, tentara Lebanon mengimbau warga menahan diri dan mengikuti arahan militer untuk memastikan keselamatan mereka.
Joseph Aoun Presiden Lebanon juga meminta penduduk Lebanon selatan untuk menahan diri dan menaruh kepercayaan mereka kepada tentara.
“Kedaulatan Lebanon dan integritas teritorial tidak dapat dinegosiasikan, dan saya mengikuti masalah ini di tingkat tertinggi untuk memastikan hak dan martabat Anda,” tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Nawaf Salam Perdana Menteri yang ditunjuk juga menyerukan hal serupa kepada warga Lebanon. Sementara Najib Mikati Penjabat Perdana Menteri menyerkanu negara -negara yang mensponsori perjanjian gencatan senjata “untuk memaksa musuh (Israel) menarik diri dari selatan.”
Nabih Berri Ketua Parlemen Lebanon juga turut mengutuk pembunuhan warga sipil oleh tembakan tentara Israel.
“Darah dan luka warga Lebanon yang tak berdaya mewakili panggilan mendesak kepada komunitas internasional dan sponsor perjanjian gencatan senjata untuk mengambil tindakan segera dan memaksa Israel untuk menarik diri dari tanah kami,” katanya.
Gencatan senjata yang rapuh mulai diberlakukan antara Israel dan Lebanon sejak 27 November, mengakhiri pertempuran baku tembak antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada 8 Oktober 2023, dan meningkat menjadi konflik skala penuh pada 23 September 2024.
Di bawah persyaratan gencatan senjata, Israel diharuskan untuk menarik pasukannya di selatan garis biru – perbatasan de facto – secara bertahap, sedangkan tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan dalam waktu 60 hari. (ant/bil/ham)