Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mencatat 201 kasus kanker leher rahim atau kanker serviks pada wanita sepanjang 2024.
Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebut, jumlah itu menurun dibandingkan pada 2023 di mana ada 413 kasus berdasarkan data ICD-X.
Penurunan itu menurutnya karena dua tahun terakhir Pemkot Surabaya masif melakukan upaya pencegahan mulai sosialisasi hingga skrinning setiap bulan di seluruh wilayah.
Deteksi dini kanker leher rahim ini ditujukan pada perempuan usia 30-69 tahun.
“Deteksi dini kanker leher rahim itu dilakukan menggunakan metode self sampling, atau pengambilan bahan pemeriksaan sendiri dan provider sampling HPV DNA,” kata Nanik pada Senin (20/1/2025).
Metode skrining adalah self sampling. Jika negatif akan diulang lima tahun mendatang, tapi kalau positif maka akan ada tindak lanjut.
“Jika hasil skrining HPV DNA-nya negatif maka akan diulang lima tahun kemudian, akan tetapi jika positif maka akan dilakukan IVA (inspeksi visual asam asetat) untuk menentukan rencana tindak lanjut. Apakah dilakukan thermal ablasi atau dirujuk ke RSUD BDH untuk dilakukan LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau prosedur pembedahan pengangkatan jaringan serviks,” jelas Nanik lagi.
Upaya lain, pemberian program nasional berupa layanan imunisasi HPV pada anak perempuan sekolah tingkat SD/MI sederajat, antara kelas 5 dan 6.
Ia mengimbau warga wanita lebih peduli dengan mengecek berkala layanan skrining kanker leher rahim gratis di seluruh puskesmas Surabaya.
“Di 63 Puskesmas se-Surabaya sudah memiliki layanan skrining kanker leher rahim melalui metode IVA, dan semua masyarakat wanita usia 30-50 tahun yang sudah menikah, atau sudah pernah kontak seksual, dapat mengakses layanan tersebut secara gratis,” tandasnya. (lta/saf/ipg)