Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya secara resmi menerima desain pengembangan Kawasan Kota Lama dari Konsorsium II UK PACT (Partnering for Accelerated Climate Transition) yang bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia bersama ARUP, dan Vital Strategies, di De Javasche Bank, Selasa (12/11/2024).
Desain pengembangan kota yang diberikan pada Pemkot Surabaya itu, merupakan proses kolaboratif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk pengembangan potensi Kawasan Kota Lama yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Almo Pradana Program Direktur WRI Indonesia mengatakan, saat ini Kota Surabaya sedang menghadapi tantangan iklim. Sehingga perancangan desain konseptual kawasan Kota Lama ini dinilai bisa membantu Pemkot Surabaya.
“Dalam studi kami tahun 2022-2023, kami menemukan bahwa pentingnya meningkatkan ketahanan Kota Pesisir. Salah satunya adalah Surabaya,” ujar Almo.
Menurut Almo, Kawasan Kota Lama Surabaya dahulu hingga sekarang masih menjadi sentra perdagangan komoditas karena dekat pesisir dan pelabuhan Tanjung Perak. Tapi, justru Kota Lama menjadi kawasan yang paling berpotensi terjadi perubahan iklim.
“Jadi saya katakan ada hubungannya antara penataan kota dengan ketahanan kota untuk mengatasi perubahan iklim dan peningkatan produktivitas dalam meningkatkan pendapatan,” jelasnya.
Almo menekankan, pembangunan kota masa depan tidak hanya bertujuan membantu Pemkot Surabaya dalam membangun citra Kawasan Kota Lama, tapi juga menyediakan opsi mobilitas yang lebih baik bagi masyarakat untuk mengakses situs di kota lama ini.
Sementara itu, Irvan Wahyudradjat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya mengatakan, nantinya Kota Lama akan dikembangkan menjadi kawasan yang inklusif, sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Sejalan dengan perencanaan pengembangan itu, lanjut Irvan, tiap tahunnya Pemkot Surabaya akan mewujudkan dan memfungsikan bangunan-bangunan yang tidak aktif menjadi bangunan yang People Oriented Development (POD).
“Jadi bangunan POD ini nanti fokusnya pada manusia seperti, pejalan kaki, pesepeda, dan angkutan umum. Public transport, nanti akan kami kembangkan ke arah yang low carbon berbasis listrik,” ungkapnya.
Almo mengatakan, kunci ketangguhan untuk membangun kota masa depan adalah dengan memperhatikan produktivitas emisi karbon. Semakin rendah tingkatnya, bukan tidak mungkin kota itu kian tangguh.
“Mobilitas rendah emisi ini dapat didorong melalui strategi penataan kawasan. Konsorsium II UK PACT berupaya meningkatkan ketahanan kota pesisir melalui desain konseptual yang adaptif, inklusif, serta mengutamakan aspek mobilitas dan aksesibilitas yang rendah emisi,” tandasnya.(kir/iss/ipg)