Tedros Adhanom Ghebreyesus Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan kondisi Rumah Sakit Eropa di Gaza selatan menurutnya kurang manusiawi bagi pasien dan dapat meningkatkan risiko merebaknya wabah penyakit.
Melalui media sosial X, Ghebreyesus mengungkapkan sedikitnya 22.000 orang ditampung di rumah sakit tersebut, menyusul pertempuran di Khan Younis bagian selatan Gaza.
Seperti dilaporkan Antara pada Sabtu (3/2/2024), Ghebreyesus menyebut rumah sakit itu hanya memiliki kapasitas 670 tempat tidur tapi kini terpaksa merawat 800 pasien.
Padahal sejumlah layanan seperti unit gawat darurat, perawatan intensif, bedah dan perawatan luka, ibu dan anak, serta laboratorium dan radiologi berfungsi secara terbatas.
Selain itu, akses menuju rumah sakit juga terputus akibat gempuran tentara Israel di wilayah tersebut.
Ghebreyesus juga mengatakan bahwa keterbatasan akses pasokan air bersih dan sanitasi di rumah sakit, dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit.
“Tim WHO dan mitra kemarin menyaksikan kepadatan yang ekstrem dan kondisi yang sangat tidak manusiawi untuk pasien, para pekerja kesehatan dan mereka yang tidak memiliki tempat aman untuk berlindung didalam rumah sakit tersebut,” tulis Ghebreyesus dalam X.
Dalam kunjungannya, rombongan WHO menyerahkan pasokan medis untuk 9.000 pasien di Rumah Sakit Eropa.
“Kami terus mendorong gencatan senjata. Saat ini juga,” kata Ghebreyesus.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, sedikitnya 27.000 warga Palestina terbunuh yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 66.000 lainnya terluka akibat serangan militer mematikan Israel di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menurut negara zionis itu menewaskan 1.200 warganya. (ant/sya/saf/iss)