Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia masih tinggi. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada periode kuartal I atau Januari-Maret 2024, meningkat hampir tiga kali lipat dibanding periode sama tahun lalu..
Dokter Muhammad Atoillah Isfandiari, M.Kes., atau yang akrab disapa Dokter Atok, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) berpesan, selain menjaga kebersihan lingkungan, terutama munculnya genangan air bersih, masyarakat juga perlu mewaspadai gejala DBD. Dewasa dan anak-anak, punya gejala DBD yang sama.
“Mau anak-anak atau dewasa, kalau stadiumnya sama, gejala akan sama. Gejala DBD berbeda karena stadiumnya,” ucap dr. Atok di Program Wawasan Suara Surabaya, Kamis (18/4/2024).
Siklus DBD punya ciri khas, disebut demam pelana kuda. Cirinya naik turun dan naik lagi dalam hitungan hari.
“Biasanya hari pertama langsung tinggi, hari kedua lebih tinggi. Hari ketiga turun, keempat dan kelima akan dingin, tapi hari keenam dan ketujuh tinggi lagi. Kalau di hari keempat dan kelima dingin tapi anaknya makin lemas, itu fase kritis,” tambah dr. Atok.
Menurut dr. Atok kalau sudah masuk fase kritis, penanganan akan cukup susah karena ada pendaharan di dalam tubuh.
Dirinya mencontohkan, pembuluh dalah seperti selang, kalau di selang ada kebocoran maka akan kemps. Itu yang terjadi pada pembuluh darah pasein DBD di fase kritis.
“Akhirnya susah memasukkan infus ke pasien. Padahal pasien DBD tjangan sampai dehidrasi,” tegasnya.
Tapi dari data saat ini, Case fatality Rate (CFR) kasus DBD tidak sampai 1 persen karena pengobatannya mudah.
”Yang susah itu kalau datang ke rumah sakit dalam kondisi telat. Karena itu kecepatan rujuk akhirnya menjadi penting,” tutupnya.
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, terdapat 475 yang meninggal karena demam berdarah dengue (DBD) dan tercatat sebanyak 62.001 kasus hingga pekan ke-15 2024.
Siti Nadia Tarmizi Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes menyebut, bahwa lima kabupaten dan kota dengan kematian akibat DBD tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Bandung dengan 25 kematian, Kabupaten Jepara dengan 21 kematian, lalu Kabupaten Subang dengan 18 kematian.
Selanjutnya ada Kabupaten Kendal dengan 16 kematian dan Kota Bekasi dengan 15 kematian.
Lalu lima kabupaten dan kota dengan kasus DBD tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Tangerang dengan 2.540 kasus, Kota Bandung dengan 1.741 kasus, Kabupaten Bandung Barat dengan 1.422 kasus.
Selanjutnya ada Kabupaten Lebak 1.326 kasus dan Kota Depok 1.252 kasus. (wid/ipg)