Jumat, 22 November 2024

Waspada, Dua Pendengar Radio SS Cerita Alami Penipuan dengan Modus Kebocoran Data

Laporan oleh M. Hamim Arifin
Bagikan
Ilustrasi. Penipuan. Foto: Pixabay

Modus pelaku penipuan untuk menguras dana korban kian hari kian beragam. Seperti yang dialami dua pendengar Radio Suara Surabaya ini.

K (23) dan E bercerita tentang penipuan yang mereka alami menggunakan modus kebocoran data.

K menjadi korban penipuan setelah mendapat telepon dari oknum yang mengaku dari petugas Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) pada Minggu (21/7/2024) siang.

Pelaku mengatakan bahwa K terlibat penjualan narkoba dengan mengeklaim obat dari tiga rumah sakit di Bandung. Jika tidak segera ditangani, BPJS milik K terpaksa diblokir.

“Pelaku telepon saya sekitar jam 2 siang. Mereka beritikad membantu saya membuat laporan ke Polres Bandung untuk pembersihan nama,” terang K saat on air di Radio Suara Surabaya, Minggu sore.

K percaya bahwa telepon itu bukan penipuan, karena pelaku melakukan sambungan video call dan menggunakan seragam kepolisian.

Terlebih lagi, lanjut K, pelaku menggunakan modus kebocoran data. Sehingga, data korban terkesan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Jadi saya percaya saja kalau transaksi itu terjadi di Bandung. Karena saya juga pernah ke sana dan menggunakan identitas diri untuk menyewa kendaraan,” ungkapnya.

Dalam proses pembersihan nama, K diminta untuk mengosongkan rekening dengan melakukan transfer ke sebuah rekening sebesar Rp1 juta.

K baru sadar bahwa menjadi korban penipuan beberapa waktu setelah melakukan transfer dan pelaku yang mengaku petugas BPJS tersebut tidak bisa dihubungi kembali.

Mendengar laporan K, pendengar lainnya berinisial E ikut menceritakan pengalamannya yang menjadi korban penipuan dengan modus serupa, yaitu kebocoran data.

Pada Radio Suara Surabaya Minggu sore, E mengaku kehilangan uang ratusan juta di rekening miliknya pada April 2024 lalu.

“Modusnya sama seperti mas itu (Komarudin). Mereka (penipu) juga mengaku dari BPJS dan Polres Bandung,” jelas E.

E bercerita, pelaku yang mengatasnamakan BPJS mengatakan bahwa akunnya digunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk membeli obat-obatan mengandung narkotika di beberapa rumah sakit Bandung.

Lalu dengan nada meyakinkan, petugas BPJS abal-abal ini ingin menyambungkan E dengan kepolisian Bandung. E lalu dihubungi via WhatsApp Call oleh akun dengan profil Polres Bandung. Tersambung lah keduanya.

Karena tidak percaya, E minta video call. Di seberang sana, ada seseorang menggunakan seragam polisi sedang bicara dengan E.

Dari sana, E diarahkan untuk mengunduh sebuah aplikasi, yang diduga bisa memudahkan pelaku untuk mengontrol smartphone milik E dari jarak jauh.

Enny melanjutkan, proses ngobrol di telepon hingga uang di tabungannya berpindah tangan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar satu jam.

“Saya ini bukan orang yang ceroboh, tapi tetap menjadi korban penipuan,” katanya.

Dia berpesan, jika mendapat telepon dari nomor tidak dikenal, lebih baik tak perlu diangkat.

“Kalau nomor tak dikenal, nggak usah diangkat. Kalau sudah terlanjur download aplikasi, terus diminta kode OTP, jangan sekali-kali diberi. Kalau sudah terlanjur download, matikan jaringan seluler dan Wi-Fi,” tutup E. (kir/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs