Selama dua abad terakhir, tuberkulosis telah mengakibatkan lebih dari 1 miliar kematian, dan saat ini masih membunuh lebih dari 4.000 orang setiap hari.
Indonesia yang menjadi negara dengan kasus TBC terbanyak kedua di Indonesia setelah India, berupaya aktif dalam penelitian vaksin setelah mengatasi kendala hukum yang ada.
Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan mengungkapkan, Indonesia sedang melaksanakan tiga uji vaksin TBC untuk mengatasi tuberkulosis. Ia menegaskan pentingnya tindakan agresif dalam pengembangan vaksin untuk mencapai eliminasi TBC pada 2030.
Tiga uji vaksin yang melibatkan Indonesia adalah M72/AS01E, BNT164a1, dan AdHu5Ag85A. Uji coba ini diharapkan dapat selesai pada tahun 2028, yang bisa membawa kemajuan dalam pengembangan vaksin TBC terbaru.
Tak sekadar uji coba, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga menargetkan vaksin TBC bisa diedarkan ke masyarakat pada 2029. Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa ini menjadi salah satu tugas yang diamanatkan oleh Prabowo Subianto Presiden dalam percepatan penanganan TBC.
Firman Ardyansyah Media and Proposal Development Yayasan Rekat Peduli Indonesia menyambut baik kabar ini. Menurut Firman, vaksin TBC untuk dewasa memang sangat dibutuhkan dan diidam-idamkan sejak lama.
“Kalau ada uji vaksin TBC dan nantinya akan digunakan, saya rasa ini akan menjadi terobosan besar. Sebab dari dulu kami bertanya adakah vaksin untuk orang dewasa. Saat ini yang ada adalah BCG, tapi itu untuk anak-anak,” kata Firman dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (23/10/2024) pagi.
Vaksin BCG merupakan vaksinasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum menginjak usia 3 bulan dan merupakan vaksin yang diberikan dalam upaya pencegahan TBC.
Meski demikian, dr. Tutik Kusmiati Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) Surabaya menjelaskan bahwa pemberian vaksin BCG tidak serta-merta membuat orang kebal terhadap infeksi TBC.
“Yang sudah divaksin BCG pun masih bisa kena TBC. Namun vaksin BCG bisa menurunkan komplikasi agar tidak menjadi TBC yang makin berat atau parah. Atau meminimalkan risiko TB berat kepada anak,” kata dokter di RSUD Dr Soetomo Surabaya tersebut.
Selain menyambut positif aksi nyata pemerintah yang sedang uji coba vaksin TBC, dan berupaya menyediakan vaksin TBC pada 2029, Firman yang pernah menderita TBC pada 2016 ini, memiliki satu harapan besar untuk masyarakat.
“Stop stigma negatif tentang TBC. Sebab TBC bisa dicegah atau diobati sampai sembuh,” pintanya.
Tak hanya itu, Firman meminta kepada masyarakat yang memiliki gejala TBC, untuk memeriksakan diri ke Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya yang terdekat.
“Agar bisa dicegah dan diobati supaya tidak menular. Yang paling penting, pengobatan TBC itu gratis,” katanya.
“Untuk teman-teman yang saat ini dalam pengubatan TBC, tetap semangat dan tetap berobat hingga sembuh. Jangan putus atas. Ingat, kalian tidak sendirian,” imbuhnya.
Senada dengan Firman, dr Tutik menegaskan hal serupa. Menurutnya, pekerjaan besar yang harus dilakukan saat ini adalah memutus rantai penularan TBC.
“Caranya dimulai dari teman-teman yang bergejala, harus segera ditemukan. Jika sudah ditemukan, nanti diobati. Dengan pengobatan inilah rantai penularan bisa diputus,” tuturnya. (saf/iss)