Universitas Ciputra (UC) Surabaya mengukuhkan sebanyak 1.080 wisudawan yang terdiri dari 972 program sarjana, dan 108 program pascasarjana, di Ciputra World Surabaya, pada Jumat (25/10/2024).
Yohannes Somawiharja Rektor UC Surabaya mengatakan, wisuda tersebut mengangkat tema “Cultivating Entrepreneurial Resilience in The Challenging Digital Age” sebagai upaya mendorong lulusan memiliki pola pikir entrepreneurship dan kecakapan dalam memakai alat teknologi yang dapat menciptakan inovasi bisnis yang bermanfaat.
“Zaman ini adalah zaman dimana antara ancaman dan kemajuan hadir sama-sama hebatnya. Menjalankan bisnis tidak mudah karena banyak kompetisi, banyak ide baru mendisrupsi yang lama. Teknologi berkembang sangat luar biasa, sangat bisa diaplikasikan dan membantu untuk mencari ide penyelesaian masalah,” katanya.
Ia mengatakan, entrepreneurship education diterapkan di UC untuk melengkapi mindset, attitude dan kapabilitas mahasiswa dalam menggunakan teknologi, sehingga bukan hanya fokus untuk bertahan, tetapi juga berkembang.
Dalam momen tersebut, wisudawan informatika UC juga ada yang telah menjadi Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF) Engineer di perusahaan ScaleAI, Amerika, bernama Michale Eko.
Kecakapan Michael Eko dalam memanfaatkan teknologi, membuka kesempatan untuk berkarir di perusahaan asing sejak masih mahasiswa.
“Pembelajaran dari IT UC memberi persiapan dalam memanfaatkan AI, bahkan bisa membuat AI untuk berbagai tujuan. Jika mampu memanfaatkan AI dengan benar, maka orang akan semakin pintar, namun jika ketergantungan memakai AI maka akan menyebabkan penurunan kemampuan. Karena itu perlu kita menjadi AI super user,” ucapnya.
Perjalanan karirnya dimulai dengan tawaran bergabung pada NUAH, perusahaan non profit sebagai AI Engineer yang produksi software full AI pada Oktober 2023 dengan gaji dolar.
Pada Agustus 2024, Michael kemudian bergabung di Perusahaan ScaleAI asal America sebagai RLHF Engineer. Pekerjaan tersebut, dilakukan secara remote sembari menyelesaikan masa kuliahnya di UC.
Michale mengaku sempat mengalami kesulitan dalam menjalankan pekerjaannya, terutama soal perbedaan waktu antara Indonesia dan Amerika. Tetapi, ia mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan baru tentang teknologi AI.
“Berkarir di perusahaan Asing semakin membuka wawasan saya belajar pola pikir yang kritis juga menambah koneksi yang lebih luar lagi,” ucapnya.
Sebelumnya, saat menjadi mahasiswa di UC, dirinya juga telah banyak mendapat pengalaman dari kompetisi, seperti Hacketon International yang mendapatkan Juara 1, kemudian LAB.LAB.AI yang berhasil mendapatkan juara 3.
Semenjak itu, ia mulai mendapat berbagai tawaran kerja di bidang teknologi AI pada perusahaan, termasuk yang dari luar negeri. (ris/bil/faz)