Universitas Surabaya (Ubaya) berada di peringkat teratas perguruan tinggi swasta Jawa Timur (Jatim) dalam perolehan skor Science and Technology Index (SINTA).
Skor SINTA Ubaya dalam tiga tahun terakhir mencapai 379.665, dan skor SINTA Overall 617.199. Capaian itu membuat Ubaya menempati posisi kedua secara nasional.
Suyanto Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Ubaya mengatakan, capaian itu merupakan bukti rekognisi nasional maupun internasional dari hasil penelitian dan pengabdian dosen di Ubaya.
“Di Ubaya, skor SINTA diperbarui oleh dosen dan LPPM secara reguler. Staf LPPM, termasuk Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Ubaya, terjun langsung ke masing-masing program studi untuk mendampingi para dosen melakukan pembaruan data SINTA dan sinkronisasi,” kata Suyanto dalam keterangannya, Jumat (12/1/2024).
Capaian skor SINTA itu, kata dia, juga menjadi salah satu dasar bagi penetapan klaster perguruan tinggi. Dengan skor tinggi, Ubaya dapat mencapai klaster Mandiri pada tahun 2024.
“Tentu saja dengan klaster Mandiri akan lebih banyak akses terhadap hibah penelitian maupun pengabdian yang bisa diperoleh dari berbagai sumber,” imbuhnya.
Keuntungan lain dari skor SINTA yang tinggi, lanjutnya, yakni sebagai sumber data utama bagi akreditasi perguruan tinggi maupun program studi.
Selain itu, kinerja publikasi dosen untuk sebuah perguruan tinggi umumnya juga diambil dari data di laman SINTA.
Ia mengatakan, saat ini data di laman SINTA merupakan salah satu sumber utama bagi pengukuran kinerja publikasi ilmiah dan luaran penelitian dan pengabdian. Oleh karena itu, ia menyebut, LPPM akan terus mendampingi para dosen Ubaya untuk melakukan pembaruan data SINTA.
“Pendampingan secara berkelanjutan memberikan dampak besar bagi peningkatan skor. Hal ini baik untuk dapat terus mengingatkan dosen tentang pentingnya data SINTA bagi institusi maupun pribadi,” katanya.
Seperti diketahui, skor SINTA merupakan salah satu indikator kinerja nasional yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Indikator itu mencakup delapan aspek penting, yakni publikasi, penelitian, pengabdian, hak kekayaan intelektual (HKI), kelembagaan, dan sumber daya manusia. (ris/bil/ham)