Kasus Tuberkulosis atau TBC relevan dengan kemiskinan. Ini diutarakan dr. Nancy D. Anggraeni, M.Epid. Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI.
Berdasarkan temuan padu padan data Kemenko PMK dengan data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).
Sebesar 65 persen data pengidap TBC di tujuh provinsi dengan angka TBC tertinggi pada Juli 2024, beririsan dengan data masyarakat miskin.
“Ini menjadi tantangan bagaimana kita bisa membantu teman-teman yang tidak beruntung bisa mendapat akses pelayanan kesehatan, bantuan makanan, atau supporting lainnya,” kata Nancy saat menjadi pembicara utama Wawasan Series: Merdeka dari TBC di Surabaya, Kamis (29/8/2024).
Penderita TBC memerlukan nutrisi tinggi kalori dan protein, serta multivitamin setiap hari.
“Pemberian nutrisi menurunkan insiden TBC sebesar 40-50 persen. Menurunkan angka kematian akibat TBC hingga 35 persen. Meningkatkan keberhasilan pengobatan, dan derajat fungsional sehingga pasien dapat segera kembali bekerja,” ujarnya.
Sebuah simulasi di India telah membuktikan penurunan angka kematian akibat TBC karena ada perbaikan nutrisi melalui intervensi paket nutrisi kepasa pasien dan keluarga pasien. Hal ini bisa diwujudkan di Tanah air jika semua pihak bekerja sama membantu. (iss/saf/ipg)