Sabtu, 14 Desember 2024

Stikosa-AWS Gelar Wisuda ke-28, Tekankan Tantangan dan Perkembangan Teknologi Digital

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Jokhanan Kristiyono Ketua Stikosa-AWS saat mengukuhkan salah satu wisudawan dalam gelaran Wisuda XXVIII Stikosa-AWS, Sabtu (14/12/2024). Foto: Akira suarasurabaya.net

Sebanyak 61 wisudawan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) telah dikukuhkan sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi, Sabtu (14/12/2024) di Dyandra Convention Center.

Pada gelaran wisuda kali ini, Stikosa-AWS menekankan pada lulusannya soal perkembangan dan tantangan teknologi digital yang akan dihadapi ke depannya.

Jokhanan Kristiyono Ketua Stikosa-AWS mengatakan, tahun ini Artificial Intelligence (AI) dan disrupsi teknologi menjadi isu yang paling banyak dibahas.

“Hal-hal ini, mulai dari AI, disrupsi teknologi, hingga keberagaman teknologi, menjadi dasar yang harus dikuasai oleh teman-teman wisudawan,” terangnya saat ditemui suarasurabaya.net, setelah gelaran Wisuda XXVIII Stikosa-AWS dengan tema “AI dan Revolusi Komunikasi dalam Menghadapi Tantangan di Era Digital”.

Sementara itu, Stikosa-AWS sebagai kampus ilmu komunikasi tertua di Indonesia Timur, lanjut Jokhanan, menjadikan keilmuan jurnalistik sebagai core bagi mahasiswanya.

“Meski saat ini Stikosa-AWS tidak hanya fokus pada keilmuan jurnalistik, tapi hal itu yang kami jadikan core ke semua mahasiswa, termasuk wisudawan yang hari ini dikukuhkan. Yakni, harus memberikan informasi yang benar, valid, aktual, dan tetap berimbang. Etika jurnalistik itu yang terus kami tanamkan,” jelasnya.

Sementara itu, dalam gelaran Wisuda XXVIII Stikosa-AWS, hadir pula Sapto Anggoro anggota Dewan Pers sekaligus Ketua Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Pers.

Sapto mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh lulusan terbaru dan yang dia alami dulu, jauh berbeda. Bahkan, cenderung lebih berat bagi lulusan saat ini.

Karena, Sapto melanjutkan, wisudawan tidak hanya bersaing dengan manusia, tapi juga dengan robot-robot AI.

“Sehingga, kalau wisudawan hanya berpikir melakukan pekerjaan rutin setelah lulus, bukan tidak mungkin posisi mereka akan tergantikan oleh robot. Maka lakukan pekerjaan yang selalu membuat kita berpikir dan melakukan analisa,” ungkapnya.

Menurut Sapto, dengan logika, setengah perjalanan dalam membuat keputusan akan tertolong.

“Dengan logika kuat dan mampu melakukan analisa baik untuk mengambil keputusan, maka dia akan menjadi orang yang relevan,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. Makroen Sanjaya praktisi televisi nasional yang juga alumnus Stikosa-AWS angkatan 1985 sependapat dengan Sapto Anggoro.

Bahwa AI tidak akan menggantikan manusia, tapi memudahkan manusia dalam melakukan sesuatu. Sehingga, wisudawan era saat ini harus bisa menguasai AI agar posisinya tidak digantikan oleh orang lain.

“Artinya, ini menjadi pesan untuk para wisudawan agar mereka bisa meningkatkan skill, nggak boleh berhenti. Harus terus belajar. Belajarnya harus dengan akal,” tegasnya.

Makroen menambahkan, sehebat-hebatnya barang buatan, tidak akan bisa mengalahkan sesuatu yang genuine, dalam hal ini adalah akal manusia.

“Makanya kita harus bijak dalam menggunakan teknologi. Libatkan hati nurani, pikiran, dan iman. Jangan terlalu memuja teknologi,” tutur Makroen. (kir/saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Surabaya
Sabtu, 14 Desember 2024
26o
Kurs