Minggu, 7 Juli 2024

Soal Rencana Kemenkes Datangkan Dokter Asing, Mantan Rektor Unair Nilai Indonesia Tak Kurang Tenaga

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Prof Puruhito Rektor Unair periode 2001-2006 usai orasi membela Prof BUS Dekan FK yang dicopot pascamenolak dokter asing, Kamis (4/7/2024). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Prof. Puruhito mantan Rektor Unversitas Airlangga (Unair) Surabaya periode 2001-2006 turut menanggapi soal rencana Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendatangkan dokter asing.

Menurutnya, Indonesia tidak kekurangan jumlah dokter spesialis sampai harus mendatangkan dokter asing. Hanya saja, memang perlu diperbaiki distribusi atau penempatan tenaganya.

“Saya lihat, yang salah itu distribusinya. Jakarta itu 30 sampai 40 ribu dokter spesialis. Yang salah siapa? Ya mereka mungkin gak mau ke luar (dari Jakarta). Saya datang ke Flores gak ada dokter. Labuan Bajo sampai Ende puskesmas cuma ada dua,” bebernya usai orasi aksi Ksatria Airlangga membela Prof Budi Santoso Dekan FK Unair yang dicopot rektor karena menolak dokter asing, Kamis (4/7/2024).

Menurutnya, sebaran dokter yang tidak merata membuat kesan tenaga dokter di Tanah Air kurang. Padahal, kata dia, harusnya jumlah dokter yang ada mampu mengatasi masalah itu.

“Surabaya segitu banyak pun kita kekurangan, saya masih kewalahan sebagai senior. Bukan kekurangan, distribusinya,” katanya lagi.

BACA JUGA: Dekan FK Unair Dicopot Setelah Menolak Kebijakan Kemenkes Naturalisasi Dokter Asing
BACA JUGA: Puluhan Karangan Bunga Penuhi FK Unair dalam Aksi Bela Dekan yang Dicopot Usai Tolak Dokter Asing

Begitu juga Surabaya, menurutnya ada lebih dari 200 dokter spesialis jantung sepertinya, tapi hanya sekitar 50 yang aktif.

“Saya termasuk salah satu yang membina, jadi tahu persis bahwa untuk menolong bayi yang lahir cacat jantung tidak gampang,” katanya.

Dia melanjutkan, hasil produksi atau lulusan fakultas kedokteran seperti di Universitas Airlangga, harusnya juga mencukupi.

“Produksi kita cukup memberikan jaminan dokter kita baik. FK Unair adalah salah satu produsen dokter terbaik di Indonesia,” imbuhnya.

Kemampuan dokter lokal, lulusan universitas dalam negeri, sambungnya, harusnya mampu bersaing.

“Kita gak kalah, yang kalah duitnya, artinya pembiayaannya. Obat di sini mahal. Itu kebijakaan di luar kewenangan saya. Itu faktor (yang) saya sangat sedih,” ucapnya.

BACA JUGA: Kemenkes Merasa Difitnah Atas Intervensi Pemecatan Dekan Unair

Meski demikian, Puruhito sejujurnya tidak yakin kalau pemerintah benar-benar akan mendatangkan dokter asing dalam jumlah banyak. Kalaupun ada dokter asing, belum tentu itu yang mendatangkan adalah pemerintah.

Misalnya yang ada di RSUP Adam Malik Medan Sumatera Utara, menurutnya sejumlah dokter asing datang karena sukarela bukan diminta pemerintah.

“Atas dasar hubungan baik dengan senior di sana. Kalau itu dipolitisi saya gak tahu lagi. Saya ahli bedah jantung jadi tahu persis apa yang terjadi di Medan. Dan seperti itu sudah saya lakukan tahun 1973 saya mendatangkan teman dari luar negeri guru-guru saya sampai sekarang dari Taiwan, Jepang, di Medan mereka datang atas dasar hubungan tertentu dengan senior jadi tidak ada pemerintah mendatangkan itu keliru,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, pemberhentian Prof Budi Santoso Dekan FK Unair diduga karena menyatakan ke media soal menolak dokter asing, ramai disorot.

Sementara Kemenkes sudah mengeluarkan pendapat, tidak ikut andil dalam pemecatan yang dilakukan Prof Mohammad Nasih Rektor Unair pada Prof BUS. (lta/bil/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Perahu Nelayan Terbakar di Lamongan

Surabaya
Minggu, 7 Juli 2024
31o
Kurs